Halaman

Minggu, 22 Juli 2012

ANALISIS IMPLIKASI PERCAKAPAN

ANALISIS IMPLIKASI DALAM
PERCAKAPAN
Disusun untuk  Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Pragmatik
Dosen pengampu : Endang Kurniati

                                                           
Disusun oleh :
Bangkit Samodra Aji
2601409060
Rombel 01

FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011


A.   PRINSIP KERJA SAMA (GRICE)

1.     Melanggar Prinsip Kerja Sama Bidal Kuantitas.

Ø  Panjebar Semangat Edisi 21 Halaman 45 Tahun 2005
Ø  Konteks : Candra bertanya kepada Budhenya, kenapa ada buku yang ditaruh di bawah.
Candra  : Ngapa buku iki kok diseleh neng ngisor Budhe?
Budhe   : Rake ora sedheng, buku-buku anyar akeh. Buku Basa Jawa ngono kuwi ora ana sing gelem maca bae kok.
Ø  Merupakan percakapan yang melanggar prinsip kerjasama bidal kuantitas karena lawan tutur berbicara atau menjawab dengan berlebihan atau tidak sebanyak yang dibutuhkan. Candra hanya menanyakan kenapa buku itu diletakkan di bawah, tapi Budhe menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan. Seharusnya Budhe menjawab seperlunya saja.
Ø  Tuturan di atas berimplikasi bahwa Budhe menjawab dengan seenaknya.

2.     Melanggar Prinsip Kerja Sama Bidal Kualitas

Ø  Panjebar Semangat Edisi 23 Halaman 50 Tahun 2006
Ø  Konteks : Sarna sedang bertanya kepada Warta.
Sarna   : War, apa sebabe iwak kae kok melek terus?
Warta : Kuwi wis kinodrat, yen mata iwak kuwi ora bisa merem.
Sarna   : Salah we banget, wangsulane ora ngono. Ayo dipikir dhisik.
Warta : Lha terus wangsulane kepriye? Aku wis ora bisa, bedheken dhewe.
Sarna   : Iwak ora merem kuwi amarga wedi, sumelang yen banyune asat.
Warta : Walah. Pintere kowe Sar.
Ø  Merupakan percakapan yang melanggar bidal kualitas. Penutur hendaknya tidak bertutur tentang hal yang salah dengan topik percakapan yang sedang diikutinya.
Ø  Tuturan di atas berimplikasi umtuk menyindir atau bercanda.

3.     Melanggar Prinsip Kerja Sama Bidal Relevansi

Ø  Panjebar Semangat Edisi 44 Halaman 50 Tahun 2005
Ø  Konteks : Saleh bertanya kepada Kamal tentang daerah-daerah di Indonesia.
Saleh   : Kendari kuwi nggone ngendi ta, mal?
Kamal : Sulawesi Tenggara
Saleh   : Nek Palu, nggone ngendi?
Kamal : Biyasane nek ora neng kothak, ya neng laci. Kok bodho temen ta kowe kuwi?
Ø  Merupakan percakapan yang melanggar prinsip kerja sama bidal relevansi, karena jawaban Kamal tidak sesuai atau tidak relevan dengan pertanyaan Saleh.
Ø  Tuturan di atas implikatur tuturannya menyatakan gurauan, tergantung konteks.

4.     Melanggar Prinsip Kerja Sama Bidal Pelaksana / Cara

Ø  Panjebar Semangat Edisi 25 Halaman 50 Tahun 2007
Ø  Konteks : Cipto dan Adi sedang bergurau tentang Pak Bupati
Cipto      : Meneng-meneng, aku iki dhisik wis nate tunggal sebangku karo Pak Bupati.
Adi         : Yak tenane, tunggal sebangku neng endi? SD?
Cipto      : Ora.
Adi         : Lha neng endi?
Cipto     : Nang terminal. Pak Bupati biyen gek isih sekolah arep tindhak kuliyah neng Yogya, aku dodol kacang bawang karo kolonyet. Lungguh jejer tunggal sebangku, ta?
Ø  Merupakan percakapan yang melanggar prinsip kerja sama bidal cara, karena implikasinya mengandung konsekuensi adanya implikatur percakapan (menyesatkan), kemungkinan bermaksud untuk bercanda.
Ø  Tuturan di atas implikatur tuturannya menyatakan gurauan, tergantung konteks.







B.   PRINSIP KESANTUNAN (LEECH)


1.     Melanggar Prinsip Kesantunan Bidal Ketimbangrasaan
Ø  Panjebar Semangat Edisi  25 Halaman 24 Tahun 2007
Ø  Konteks : Mak Sruti dan Yu Ipah sedang bertengkar.
Mak Sruti        : Aja api-api ora ngerti. Nadyan kere, aku isih kuwat ngingoni anakku.
Yu Ipah           : Kere karepmu, jendral pethak karepmu. Kuwi urusanmu.
Mak Sruti        : Bedhes! Munyuk! Wong ki yen kethul mula ora ngrumangsani lupute.
Ø  Tuturan Mak Sruti di atas melanggar prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan karena tuturan tersebut memaksimalkan penjelekan terhadap mitra tuturnya.
Ø  Tuturan di atas implikatur tuturannya adalah Mak Sruti mengejek pada Yu Ipah.

2.     Melanggar Prinsip Kesantunan Bidal Kemurahhatian
Ø  Panjebar Semangat Edisi  17 Halaman 24 Tahun 2011
Ø  Konteks : Bu Haji meminta maaf kepada tokoh “aku” karena lupa memberi ongkos
Bu Haji           : Mas, aja kurang pamengku ya, wingi aku durung kober menehi tuku bensin, awit lagi ribut nemoni tamu. Tamuku akeh banget.
“Aku”              : Inggih, boten dados punapa.
Bu Haji            : O, yowes yen mengkono.
Ø  Merupakan percakapan yang melanggar prinsip kesantunan bidal kemurahhatian. Karena pihak lain di dalam tuturan ini mendapat keuntungan yg kecil  tetapi penutur mendapatkan keuntungan yg sebesar-besarnya. Tokoh “aku” dirugikan, sementara Bu Haji diuntungkan.
Ø  Tuturan di atas implikatur tuturannya menyatakan bahwa Bu Haji tidak jadi memberikan ongkos.

3.     Melanggar Prinsip Kesantunan Bidal Keperkenaan
Ø  Panjebar Semangat Edisi 15 Halaman 50 Tahun 2011
Ø  Konteks : Pak Budi sedang menanyai Jono kenapa hasil ulanagannya jelek, tidak seprti Doni.
Pak Budi           : Jono, geneya kowe ora bisa kaya Doni kang biji ulangane apik-apik ora ana abange
Jono                 : Ya aja nyalahke aku ta Pak, Doni rak nduweni Bapak sing pinter...
Ø  Merupakan percakapan yang melanggar prinsip kesantunan bidal keperkenaan, karena Jono tidak memaksimalkan rasa hormat kepada pihak lain, di sini kepada ayahnya.
Ø  Tuturan di atas implikatur tuturannya menyatakan gurauan.


4.     Melanggar Prinsip Kesantunan Bidal Kerendahhatian
Ø  Panjebar Semangat Edisi  23 Halaman 19 Tahun 2006
Ø  Konteks : Marsidik sedang berbincang-bincang dengan Dhik Trengginas dan Lirih
Marsidik            : Sori ya, aku mau ora bisa ngurusake honore Lirih. Merga sing bisa longgar ya Pak Teja. Gaweyanku lan Titien ora bisa ditinggal.
Lirih                  : Aku ngerti. Ngontrol rekaman gambar lan swara pancen ora kena ditinggal yen shooting lagi on.
Marsidik            : Kudune sing ngurus, nuduh-nuduhake wonge lan papane rak aku, wong lawas, sing wis dikenal seantero kru. Dhik Trengginas lan Lirih rak wong anyar.
Ø  Merupakan percakapan yang melanggar prinsip kesantunan bidal kerendahhatian. Karena penutur memaksimalkan pujian pada diri sendiri. Marsidik menyombongkan diri karena merasa merupakan orang yang dikenal oleh semua kru, seharusnya yang mengatur adalah dia.
Ø  Tuturan di atas implikatur tuturannya adalah Marsidik menyombongkan diri.

5.     Melanggar Prinsip Kesantunan Bidal Kesetujuan/Kecocokan
Ø Panjebar Semangat Edisi  17 Halaman 46 Tahun 2011
Ø Konteks : Bu Haji ingin menjodohkan tokoh “aku” dengan tetangganya.
Bu Haji    : Bocah kae anake tangga kidul omah kuwi, dadi aku ngerti banget lambe atine wiwit cilik. Yen kowe cocog, aku saguh ngrigenake amrih kelakone. Ning nek ora cocog ya ora dadi apa. Sing penting aku mrayogakake supaya kowe enggal rabi.
A              : matur nuwun bu. Nanging wiwit kala wingi kula sumerep lare punika, kok boten wonten getering raos babar pisan.
Bu Haji    : O, ya wis ora dadi apa. Lha apa sajake wis ana bocah wadon liya sing nuwuhake getere rasamu?
Ø  Pernyataan dari “A” melanggar prinsip kesantunan bidal kesetujuan. Secara tidak langsung,”A” menolak tawaran dari Bu Haji.
Ø  Tuturan di atas implikatur tuturannya adalah A menolak tawaran Bu Haji.

6.     Melanggar Prinsip Kesantunan Bidal Kesimpatian
Ø  Panjebar Semangat Edisi  17 Halaman 43 Tahun 2011
Ø  Konteks : Tumini merintih karena kakinya tersandung batu dan mengeluh kepada suaminya.
Tumini                         : Hiyunggg... kang!!
Sapar                           : Ngapa kowe???
Tumini                         : Sikilku kesandhung watu kang.
Sapar                           : Diseleh ngendi matane, mlayu kok yak-yakan.
Ø  Merupakan percakapan yang melanggar prinsip kesantunan bidal Kesimpatian, karena Sapar justru menunjukkan antipatinya kepada Tumini.
Ø  Tuturan di atas implikatur tuturannya menyatakan gurauan.
















Sabtu, 21 Juli 2012

ANALISIS NOVEL “OMBAK SANDYAKALANING”



ANALISIS NOVEL “OMBAK SANDYAKALANING”
KARYA TAMSIR AS.
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengkajian Prosa Jawa Modern
Dosen pengampu Drs. Sukadaryanto, M.Hum.

oleh :
Bangkit Samodro Aji
2601409060
Rombel 1

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA  JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
Ombak Sandyakalaning
1. ANALISIS ALUR
A.   Urutan Tekstual
Sekuen 1          : Darus dan Rejeb berencana pergi melaut mencari udang dan ikan.
Kernel              : Darus merasa cuaca sangat panas.
Kernel              : Darus dan Rejeb berfikir kalau melaut menggunakan cantrik sudah kurang efektif kalah saing dengan penyelam dan kapal-kapal besar Cina.
Sekuen 2          : Darus dan Rejeb sampai di laut.
Kernel              : Darus dan Rejeb bernyanyi untuk menghibur diri.
Sekuen 3          : Darus dan Rejeb sampai di sebuah pulau tempat mencari udang.
Sekuen 4          : Darus teringat keluarganya yang sedang menantikan hasil melautnya.
Kernel              : Darus teringat masa-masa kelahiran Layarini, anaknya.
Sekuen 5          : Rejeb menyelam kelaut untuk menangkap udang.
Kernel              : Rejeb yang sudah didalam air kemudian disusul Darus.
Kernel              : Rejeb dan Darus kembali ke pulau melewati rerumputan dengan membawa banyak udang.
Sekuen 6          : Darus  dan Rejeb pulang kembali kerumah.
Kernel              : Selama diperjalanan mereka bertemu dengan Goan Jie, Cina dari Surabaya.
Sekuen 7          : Darus sampai dirumahnya.
Kernel              : Darus memanggil istri dan anaknya tapi tidak ada jawaban.
Kernel              : Darus menemukan Nikmah, istrinya yang sedang menangis.
Satelite             : Darus diberi tahu Nikmah bahwa Layarini dibawa pergi oleh kakeknya.
Satelite             : Darus diberi tahu bahwa Nikmah teringat ibunya yang sudah lama meninggal.
Sekuen 8          : Layarini dan kakeknya kembali kerumah.
Kernel              : Layarini menghampiri bapaknya, tapi ditarik oleh kakeknya.
Sekuen 9          : Darus mandi untuk menghilangkan bau laut.
Sekuen 10        : Nikmah mengajak tidur Layarini.
Sekuen 11        : Darus berencana pergi kerumah Rejeb untuk menghitung udang hasil melautnya.
Kernel              : Ditengah perjalanan Darus teringat keluarganya Nikmah.
Satelite             : Darus teringat cerita Nikmah saat ayah kandungnya, difitnah dan dibunuh Rabun. Yang kemudian Rabun memperistri ibunya Nikmah. Tidak lama kemudian sang ibupun meninggal karena sifat kasar Rabun.
Sekuen 12        : Darus sampai dirumah Rejeb.
Sekuen 13        : Darus dan Rejeb berangkat melaut dengan menggunakan prau mancung.
Kernel              : Darus meninggalkan Nikmah yang tertidur dirumah.
Kernel              : Darus juga meninggalkan Layarini yang sedang bermain dengan kakeknya.
Satelite 14        : Rabun masuk kedalam rumah.
Kernel              : Rabun memaksa Nikmah untuk meninggalkan Darus.
Sekuen 15        : Rabun pergi mencari Goan Jie ditempat anak buah Goan Jie yang sedang mabuk-mabukan.
Kernel              : Rabun ditawari whisky asli dari Hongkong oleh Sabrang.
Kernel              : Awalnya Rabun menolak, tapi akhirnya dia mau.
Kernel              : Rabun disusul Nikmah yang dalam keadaan menangis untuk segera pulang.
Sekuen 16        : Ditengah kebun kelapa Rabun dimarahi Nikmah karena telah menjualnya ke Goan Jie.
Kernel              : Rabun membela diri, dia beralasan bahwa uang yang dia terima akan diserahkan kepada Nikmah semua.
Kernel              : Rabun meninggalkan Nikmah yang sedang nangis ditengah kebun kelapa.
Sekuen 17        : Nikmah dan Rini kembali pulang.
Kernel              : Dalam perjalanan Nikmah melihat Goan Jie menuju pesisir.
Sekuen 18        : Setelah dirumah, Rabun kembali membujuk Nikmah agar mau menikah dengan Goan Jie.
Kernel              : Rabun menjanjikan kekayaan jika menikah dengan Goan Jie.
Kernel              : Tawaran Rabun ditolak Nikmah karena dia masih mencintai Darus.
Kernel              : Rabun marah mendengar ucapan Nikmah.
Kernel              : Rabun menunggalkan Nikmah yang sedang menangis digubugnya.
Satelite             : Rabun membawa Rini dengan menggendongnya.
Sekuen 19        : Darus dan Rejeb sampai di pulau yang sedang kekeringan karena kemarau.
Kernel              : Darus merasa kuatir dengan istrinya yang dirumah.
Kernel              : Darus mendengar Rejeb yang sedang bersyair di balik pohon Lamtara.
Satelite             : Darus mendatangi arah datangnya suara.
Sekuen 20        : Darus dan Rejeb menyelam mencari udang menggunakan payal.
Kernel              : Darus dan Rejeb muncul kepermukaan dengan membawa udang sembari kedinginan karena hembusan angin yang kencang.
Satelite             : Darus mengikat udangnya pada sebuah tali.
Sekuen 21        : Darus dan Rejeb mendengar suara kapal motor ditengah suara ombak yang menggelegar.
Kernel              : Rejeb melihat kapal tanpa muatan ditengah lautan yang kian mendekat.
Satelite             : Darus dan Rejeb ketakutan karena menyangka itu adalah kapal setan.
Sekuen 22        : Darus dan Rejeb naik kepulau.
Kernel              : Rejeb menggulung tali majunnya.
Sekuen 23        : Darus mengetahui kalau mereka kehilangan kapal mancungnya.
Kernel              : Darus dan Rejeb kebingungan dan segera mencari bantuan kapal yang lewat, tapi tak ada kapal lainyang terlihat.
Kernel              : Darus beranggapan bahwa ada yang mensabotase kapal mereka.
Sekuen 24        : Rejeb mencari tahu tentang hilangnya prau mereka.
Kernel              : Rejeb berulang kali menyelam mencari tambang yang digunakan untuk mengikat praunya.
Satelite             : Rejeb bilang kepada Darus bahwa ada yang sengaja memotong tali prau mereka.
Sekuen 25        : Ditengah sunyinya malam Darus dan Rejeb membakar udang untuk mengusir rasa lapar dan dingin.
Kernel              : Mereka berbincang soal nasibnya tanpa prau mancung lagi.
Satelite             : Darus merasa dia harus menjadi kuli di kapal-kapal besar demi menyambung hidup.
Satelite             : Rejeb tidak setuju dengan Darus karena dia akan menjual sapi ayahnya untuk membeli prau mancung lagi.
Sekuen 26        : Sabrang yang membawa kapal motor datang menghampiri Darus dan Rejeb yang kedinginan.
Kernel              : Sabrang dimintai tolong Darus yang teriak dari pulau.
Kernel              : Sabrang menolong Darus dan Rejeb.
Kernel              : Sabrang berpesan pada Darus bahwa dia akan menemukan hal yang tak terduga dirumahnya.
Sekuen 27        : Darus melihat Nikmah yang akan diperkosa Goan Jie.
Kernel              : Darus melihat Nikmah nangis ketakutan sambil meronta-ronta.
Kernel              : Darus merasa marah sekali melihat hal tersebut.
Satelite             : Darus menggenggam payalnya dengan kuat.
Kernel              : Darus mendengar Goan Jie mengatakan bahwa dia kesepian sehingga melakukan hal tersebut kepada Nikmah.
Sekuen 28        : Karena tidak tahan lagi, Darus langsung merangsek masuk kedalam rumah dan seketika itu membunuh Goan Jie dengan payal yang dibawanya.
Kernel              : Darus menghujamkan payal tersebut dileher dan dada Goan Jie.
Sekuen 29        : Darus keluar rumah menuju kebun kelapa memburu Rabun dengan membawa payal yang berlumuran darah.
Kernel              : Darus didatangi Rejeb dan Kamituwa desa Cengkrong.
Kernel              : Darus dibujuk Rejeb untuk tidak melanjutkan niatnya dan supaya segera pulang karena sudah ditunggu anak istrinya.
Satelite             : Sebelum pulang Darus hendak menyerahkan diri ke pihak yang berwajib.
Sekuen 30        : Polisi dan masyarakat datang untuk menangkap Darus.
Kernel              : Polisi menangkap dan memborgol tangan Darus.
Kernel              : Polisi mempertemukan Darus dengan keluarganya sebelum dibawa kekantor.
Sekuen 31        : Enam bulan kemudian, Darus kembali ke desa Sunglon untuk rekonstruksi kejadian waktu itu.
Kernel              : Darus ditonton banyak sekali masyarakat yang ingin tahu kejadian yang menyeretnya ke gelapnya penjara.
Kernel              : Sebelum pulang ke penjara Darus ditangisi anak istrinya yang seakan tidak rela Darus kembali ke penjara.
Satelite             : Darus berpesan agar Nikmah menjaga Layarini dengan baik.
Sekuen 32        : Darus dan teman-teman senasibnya dipenjara sedang bersendau gurau.
Sekuen 33        : Darus meminta Kiman untuk memijitnya.
Kernel              : Darus teringat Nikmah yang minggu kemarin menjenguknya.
Satelite             : Darus diberi tahu Nikmah kalau Rini sedang sakit.
Satelite             : Darus merasa sangat kuatir.
Sekuen 34        : Darus dipanggil sipir penjara untuk segera ke kantor.
Kernel              : Darus mengikuti sipir ke kantor.
Sekuen 35        : Di kantor Darus bertemu dengan Pak Sulaiman kepela LP.
Kernel              : Darus disuruh Pak Sulaiman untuk segera mengemasi barang-barangnya karena Darus mendapat remisi dan besok sudah bisa pulang.
Satelite             : Darus sangat senang mendengar hal itu.
Kernel              : Darus mendapat ucapan selamat dari Pak Suja’i dari bagian pembinaan agama.
Sekuen 36        : Darus meninggalkan halaman LP keesokan harinya setelah mengurus surat-suratnya di kantor.
Kernel              : Darus melambaikan tangan seolah memberi salam kepada teman-temannya yang masih berada di LP.
Sekuen 37        : Darus sampai di depan rumahnya saat bedug maghrib di masjid Watulima berkumandang.
Kernel              : Darus memandangi pintu rumahnya sambil membayangkan betapa senang anak istrinya melihat dia pulang.
Sekuen 38        : Darus mengintip kedalam dari lubang bilik rumahnya.
Kernel              : Karena terlihat sepi, Darus memanggil Nikmah untuk membukakan pintu.
Kernel              : Darus tidak mendapati jawaban dari dalam rumah.
Kernel              : Darus merasa ada yang tidak benar, diapun teringat kejadian saat Goan Jie hampir memerkosa istrinya.
Sekuen 39        : Darus yang tak sabar lagi karena tak kunjung dapat balasan dari sang istri langsung mendobrak pintu rumanya.
Kernel              : Dari kegelapan Darus melihat seorang laki-laki yang meloncat keluar dari rumahnya.
Kernel              : Darus marah dan bertanya kepada Nikmah siapa laki-laki tersebut.
Satelite             : Darus tidak mendapatkan jawaban dari Nikmah.
Satelite             : Darus hanya mendapat jawaban dari Nikmah bahwa laki-laki itu yang membantu Nikmah membayar biaya berobat Rini.
Sekuen 40        : Nikmah mengantar Darus menemui Rini yang sedang bergelut dengan maut di meja operasi.
Kernel              : Sesampainya disana, Nikmah mendapat kabar dari dokter bahwa Rini sudah melewati masa-masa kritis.
Kernel              : Nikmah masih saja didesak Darus untuk mengatakan siapa yang masuk kedalam rumahnya.
Satelite             : Akhirnya Nikmah mengaku bahwa Sabranglah yang masuk kerumahnya.
Kernel              : Nikmah melihat Darus sangat shock mendengar hal tersebut.
Kernel              : Nikmah ditinggalkan Darus yang kalap.
Sekuen 41        : Darus sadar bahwa selama ini Sabrang yang menjadi dalang dari semua kejadian yang dialami Darus. Dari mulai praunya yang hilang, tiba-tiba Sabrang datang menolongnya dan menyuruhnya membawa payal karena dia akan menemui kejadian yang tak terkira.
Kernel              : Darus masuk kebun kelapa untuk memburu Sabrang.
Sekuen 42        : Dengan keadaan yang galau, Darus melangkah menuju makam orang tuanya dipojok desa.
Kernel              : Sesampainya disana Darus memeluk erat dan menangis dibatu nisan ibunya.
Kernel              : Darus melepas dekapannya saat mendengar suara adzan Subuh.
Sekuen 43        : Darus mendengar bisikan-bisikan aneh.
Kernel              : Darus dibisiki untuk segera bertobat  .
Kernel              : Darus sadar akan kesalahan-keslahannya.
Kernel              : Darus pulang kerumah, kepangkuan anak istri yang masih menantikan kehadirannya.

B.   Urutan Logis
1.      Darus
Sekuen 1          : Darus dan Rejeb berencana pergi melaut mencari udang dan ikan.
Kernel              : Darus merasa cuaca sangat panas.
Kernel              : Darus dan Rejeb berfikir kalau melaut menggunakan cantrik sudah kurang efektif kalah saing dengan penyelam dan kapal-kapal besar Cina.
Sekuen 2          : Darus dan Rejeb sampai di laut.
Kernel              : Darus dan Rejeb bernyanyi untuk menghibur diri.
Sekuen 3          : Darus dan Rejeb sampai di sebuah pulau tempat mencari udang.
Sekuen 4          : Darus teringat keluarganya yang sedang menantikan hasil melautnya.
Kernel              : Darus teringat masa-masa kelahiran Layarini, anaknya.
Sekuen 6         : Darus  dan Rejeb pulang kembali kerumah.
Kernel             : Selama diperjalanan Darus bertemu dengan Goan Jie, Cina dari Surabaya.
Sekuen 7         : Darus sampai dirumahnya.
Kernel             : Darus memanggil istri dan anaknya tapi tidak ada jawaban.
Kernel             : Darus menemukan Nikmah, istrinya yang sedang menangis.
Satelite            : Darus diberi tahu Nikmah bahwa Layarini dibawa pergi oleh kakeknya.
Satelite            : Darus diberi tahu bahwa Nikmah teringat ibunya yang sudah lama meninggal.
Sekuen 9         : Darus mandi untuk menghilangkan bau laut.
Sekuen 11       : Darus berencana pergi kerumah Rejeb untuk menghitung udang hasil melautnya.
Kernel             : Ditengah perjalanan Darus teringat keluarganya Nikmah.
Satelite             : Darus teringat cerita Nikmah saat ayah kandungnya, difitnah dan dibunuh Rabun. Yang kemudian Rabun memperistri ibunya Nikmah. Tidak lama kemudian sang ibupun meninggal karena sifat kasar Rabun.
Sekuen 12       : Darus sampai dirumah Rejeb.
Sekuen 13       : Darus dan Rejeb berangkat melaut dengan menggunakan prau mancung.
Kernel             : Darus meninggalkan Nikmah yang tertidur dirumah.
Kernel             : Darus juga meninggalkan Layarini yang sedang bermain dengan kakeknya.
Sekuen 19       : Darus dan Rejeb sampai di pulau yang sedang kekeringan karena kemarau.
Kernel             : Darus merasa kuatir dengan istrinya yang dirumah.
Kernel             : Darus mendengar Rejeb yang sedang bersyair di balik pohon Lamtara.
Satelite             : Darus mendatangi arah datangnya suara.
Sekuen 20       : Darus dan Rejeb menyelam mencari udang menggunakan payal.
Kernel             : Darus dan Rejeb muncul kepermukaan dengan membawa udang sembari kedinginan karena hembusan angin yang kencang.
Satelite             : Darus mengikat udangnya pada sebuah tali.
Sekuen 21        : Darus mendengar suara kapal motor ditengah suara ombak yang menggelegar.
Satelite             : Darus ketakutan karena menyangka itu adalah kapal setan.
Sekuen 22        : Darus naik kepulau.
Sekuen 23        : Darus mengetahui kalau mereka kehilangan kapal mancungnya.
Kernel              : Darus kebingungan dan segera mencari bantuan kapal yang lewat, tapi tak ada kapal lainyang terlihat.
Kernel              : Darus beranggapan bahwa ada yang mensabotase kapal mereka.
Satelite             : Darus mendapat laporan dari Rejeb bahwa ada yang sengaja memotong tali prau mereka.
Sekuen 25        : Ditengah sunyinya malam Darus membakar udang untuk mengusir rasa lapar dan dingin.
Kernel              : Darus berbincang soal nasibnya tanpa prau mancung lagi.
Satelite             : Darus merasa dia harus menjadi kuli di kapal-kapal besar demi menyambung hidup.
Sekuen 26        : Darus yang kedinginan dihampiri Sabrang yang membawa kapal motor.
Kernel              : Darus teriak minta tolong kepada Sabrang dari pulau.
Kernel              : Darus ditolong Sabrang.
Kernel              : Darus mendapat pesan dari Sabrang  bahwa dia akan menemukan hal yang tak terduga dirumahnya.
Sekuen 27        : Darus melihat Nikmah yang akan diperkosa Goan Jie.
Kernel              : Darus melihat Nikmah nangis ketakutan sambil meronta-ronta.
Kernel              : Darus merasa marah sekali melihat hal tersebut.
Satelite             : Darus menggenggam payalnya dengan kuat.
Kernel              : Darus mendengar Goan Jie mengatakan bahwa dia kesepian sehingga melakukan hal tersebut kepada Nikmah.
Sekuen 28        : Karena tidak tahan lagi, Darus langsung merangsek masuk kedalam rumah dan seketika itu membunuh Goan Jie dengan payal yang dibawanya.
Kernel              : Darus menghujamkan payal tersebut dileher dan dada Goan Jie.
Sekuen 29        : Darus keluar rumah menuju kebun kelapa memburu Rabun dengan membawa payal yang berlumuran darah.
Kernel              : Darus didatangi Rejeb dan Kamituwa desa Cengkrong.
Kernel              : Darus dibujuk Rejeb untuk tidak melanjutkan niatnya dan supaya segera pulang karena sudah ditunggu anak istrinya.
Satelite             : Sebelum pulang Darus hendak menyerahkan diri ke pihak yang berwajib.
Sekuen 31        : Enam bulan kemudian, Darus kembali ke desa Sunglon untuk rekonstruksi kejadian waktu itu.
Kernel              : Darus ditonton banyak sekali masyarakat yang ingin tahu kejadian yang menyeretnya ke gelapnya penjara.
Kernel              : Sebelum pulang ke penjara Darus ditangisi anak istrinya yang seakan tidk rela Darus kembali ke penjara.
Satelite             : Darus berpesan agar Nikmah menjaga Layarini dengan baik.
Sekuen 32        : Darus dan teman-teman senasibnya dipenjara sedang bersendau gurau.
Sekuen 33        : Darus meminta Kiman untuk memijitnya.
Kernel              : Darus teringat Nikmah yang minggu kemarin menjenguknya.
Satelite             : Darus diberi tahu Nikmah kalau Rini sedang sakit.
Satelite             : Darus merasa sangat kuatir.
Sekuen 34        : Darus dipanggil sipir penjara untuk segera ke kantor.
Kernel              : Darus mengikuti sipir ke kantor.
Sekuen 35        : Di kantor Darus bertemu dengan Pak Sulaiman kepela LP.
Kernel              : Darus disuruh Pak Sulaiman untuk segera mengemasi barang-barangnya karena Darus mendapat remisi dan besok sudah bisa pulang.
Satelite             : Darus sangat senang mendengar hal itu.
Kernel              : Darus mendapat ucapan selamat dari Pak Suja’i dari bagian pembinaan agama.
Sekuen 36        : Darus meninggalkan halaman LP keesokan harinya setelah mengurus surat-suratnya di kantor.
Kernel              : Darus melambaikan tangan seolah memberi salam kepada teman-temannya yang masih berada di LP.
Sekuen 37        : Darus sampai di depan rumahnya saat bedug maghrib di masjid Watulima berkumandang.
Kernel              : Darus memandangi pintu rumahnya sambil membayangkan betapa senang anak istrinya melihat dia pulang.
Sekuen 38        : Darus mengintip kedalam dari lubang bilik rumahnya.
Kernel              : Karena terlihat sepi, Darus memanggil Nikmah untuk membukakan pintu.
Kernel              : Darus tidak mendapati jawaban dari dalam rumah.
Kernel              : Darus merasa ada yang tidak benar, diapun teringat kejadian saat Goan Jie hampir memerkosa istrinya.
Sekuen 39        : Darus yang tak sabar lagi karena tak kunjung dapat balasan dari sang istri langsung mendobrak pintu rumanya.
Kernel              : Dari kegelapan Darus melihat seorang laki-laki yang meloncat keluar dari rumahnya.
Kernel              : Darus marah dan bertanya kepada Nikmah siapa laki-laki tersebut.
Satelite             : Darus tidak mendapatkan jawaban dari Nikmah.
Satelite             : Darus hanya mendapat jawaban dari Nikmah bahwa laki-laki itu yang membantu Nikmah membayar biaya berobat Rini.
Sekuen 40        : Darus diantar Nikmah menemui Rini yang sedang bergelut dengan maut di meja operasi.
Kernel              : Darus masih saja mendesak Nikmah untuk mengatakan siapa yang masuk kedalam rumahnya.
Kernel              : Darus terlihat sangat shock mendengar hal tersebut.
Kernel              : Darus yang kalap meninggalkan Nikmah.
Sekuen 41        : Darus sadar bahwa selama ini Sabrang yang menjadi dalang dari semua kejadian yang dialami Darus. Dari mulai praunya yang hilang, tiba-tiba Sabrang datang menolongnya dan menyuruhnya membawa payal karena dia akan menemui kejadian yang tak terkira.
Kernel              : Darus masuk kebun kelapa untuk memburu Sabrang.
Sekuen 42        : Dengan keadaan yang galau, Darus melangkah menuju makam orang tuanya dipojok desa.
Kernel              : Sesampainya disana Darus memeluk erat dan menangis dibatu nisan ibunya.
Kernel              : Darus melepas dekapannya saat mendengar suara adzan Subuh.
Sekuen 43        : Darus mendengar bisikan-bisikan aneh.
Kernel              : Darus dibisiki untuk segera bertobat  .
Kernel              : Darus sadar akan kesalahan-keslahannya.
Kernel              : Darus pulang kerumah, kepangkuan anak istri yang masih menantikan kehadirannya.
2.      Nikmah
Sekuen 7          : -
Kernel             : Nikmah dipanggil Darus tapi tidak menjawabnya
Kernel             : Nikmah sedang menangis.
Satelite            : Nikmah memberi tahu Darus bahwa Layarini dibawa pergi oleh kakeknya.
Satelite            : Nikmah teringat ibunya yang sudah lama meninggal.
Sekuen 10       : Nikmah mengajak tidur Layarini.
Sekuen 13        : -
Kernel              : Nikmah ditinggal Darus yang tertidur dirumah ditinggal Darus.
Satelite 14        : -
Kernel              : Nikmah dipaksa Rabun untuk meninggalkan Darus.
Sekuen 15        : -
Kernel              : Nikmah yang dalam keadaan menangis menyusul Rabun untuk segera pulang.
Sekuen 16        : Ditengah kebun kelapa Nikmah memarahi Rabun karena telah menjualnya ke Goan Jie.
Kernel              : Nikmah yang sedang nangis ditinggal Rabun ditengah kebun kelapa.
Sekuen 17        : Nikmah kembali pulang.
Kernel              : Dalam perjalanan Nikmah melihat Goan Jie menuju pesisir.
Sekuen 18        : Setelah dirumah, Nikmah kembali dibujuk Rabun agar mau menikah dengan Goan Jie.
Kernel              : Nikmah menolak tawaran Rabun karena dia masih mencintai Darus.
Kernel              : Nikmah yang sedang menangis ditinggal Rabun digubugnya.
Sekuen 27        : Nikmah yang akan diperkosa Goan Jie.
Kernel              : Nikmah nangis ketakutan sambil meronta-ronta.
Sekuen 31        : -
Kernel              : Nikmah menangisi Darus sebelum pulang ke penjara seakan tidak rela Darus kembali ke penjara.
Satelite             : Nikmah dipesani Darus agar menjaga Layarini dengan baik.
Sekuen 33        : -
Kernel              : Nikmah menjenguk Darus minggu kemarin.
Satelite             : Nikmah mengabari Darus kalau Rini sedang sakit.
Sekuen 38        : -
Kernel              : Karena terlihat sepi, Nikmah dipanggil Darus untuk membukakan pintu.
Sekuen 39        : -
Kernel              : Nikmah ditanya Darus yang sedang marah tentang siapa laki-laki tersebut.
Satelite             : Nikmah tidak menjawab.
Satelite             : Nikmah hanya menjawab bahwa laki-laki itu adalah orang yang membantu Nikmah membayar biaya berobat Rini.
Sekuen 40        : Nikmah mengantar Darus menemui Rini yang sedang bergelut dengan maut di meja operasi.
Kernel              : Sesampainya disana, Nikmah mendapat kabar dari dokter bahwa Rini sudah melewati masa-masa kritis.
Kernel              : Nikmah masih saja didesak Darus untuk mengatakan siapa yang masuk kedalam rumahnya.
Satelite             : Akhirnya Nikmah mengaku bahwa Sabranglah yang masuk kerumahnya.
Kernel              : Nikmah melihat Darus sangat shock mendengar hal tersebut.
Kernel              : Nikmah ditinggalkan Darus yang kalap.

3.      Rabun/Kuwara
Sekuen 7          : -
Satelite             : Rabun membawa Layarini cucunya.
Sekuen 8          : Rabun kembali kerumah.
Kernel              : Rabun menarik Rini yang hendak menghampiri bapaknya.
Sekuen 9          : -
Satelite             : Rabun memfitnah ayah kandung Nikmah. Yang kemudian Rabun memperistri ibunya Nikmah. Tidak lama kemudian sang ibupun meninggal karena sifat kasar Rabun.
Sekuen 13        : -
Kernel              : Rabun dan Rini yang sedang bermain ditinggal Rabun melaut.
Satelite 14        : Rabun masuk kedalam rumah.
Kernel              : Rabun memaksa Nikmah untuk meninggalkan Darus.
Sekuen 15        : Rabun pergi mencari Goan Jie ditempat anak buah Goan Jie yang sedang mabuk-mabukan.
Kernel              : Rabun ditawari whisky asli dari Hongkong oleh Sabrang.
Kernel              : Awalnya Rabun menolak, tapi akhirnya dia mau.
Kernel              : Rabun disusul Nikmah yang dalam keadaan menangis untuk segera pulang.
Sekuen 16        : Ditengah kebun kelapa Rabun dimarahi Nikmah karena telah menjualnya ke Goan Jie.
Kernel              : Rabun membela diri, dia beralasan bahwa uang yang dia terima akan diserahkan kepada Nikmah semua.
Kernel              : Rabun meninggalkan Nikmah yang sedang nangis ditengah kebun kelapa.
Sekuen 18        : Setelah dirumah, Rabun kembali membujuk Nikmah agar mau menikah dengan Goan Jie.
Kernel              : Rabun menjanjikan kekayaan jika menikah dengan Goan Jie.
Kernel              : Tawaran Rabun ditolak Nikmah karena dia masih mencintai Darus.
Kernel              : Rabun marah mendengar ucapan Nikmah.
Kernel              : Rabun menunggalkan Nikmah yang sedang menangis digubugnya.
Satelite             : Rabun membawa Rini dengan menggendongnya.
Sekuen 29        : Rabun diburu Darus yang keluar rumah menuju kebun kelapa dengan membawa payal yang berlumuran darah.

4.      Rejeb
Sekuen 1         : Rejeb berencana pergi melaut mencari udang dan ikan.
Kernel             : Rejeb berfikir kalau melaut menggunakan cantrik sudah kurang efektif kalah saing dengan penyelam dan kapal-kapal besar Cina.
Sekuen 2         : Rejeb sampai di laut.
Kernel             : Rejeb bernyanyi untuk menghibur diri.
Sekuen 3         : Rejeb sampai di sebuah pulau tempat mencari udang.
Sekuen 5         : Rejeb menyelam kelaut untuk menangkap udang.
Kernel             : Rejeb yang sudah didalam air kemudian disusul Darus.
Kernel             : Rejeb kembali ke pulau melewati rerumputan dengan membawa banyak udang.
Sekuen 6         : Rejeb pulang kembali kerumah.
Kernel             : Selama diperjalanan Rejeb bertemu dengan Goan Jie, Cina dari Surabaya.
Sekuen 13       : Rejeb berangkat melaut dengan menggunakan prau mancung.
Sekuen 19       : Rejeb sampai di pulau yang sedang kekeringan karena kemarau.
Kernel             : Rejeb sedang bersyair di balik pohon Lamtara.
Sekuen 20       : Rejeb menyelam mencari udang menggunakan payal.
Kernel             : Rejeb muncul kepermukaan dengan membawa udang sembari kedinginan karena hembusan angin yang kencang.
Sekuen 21       : Rejeb mendengar suara kapal motor ditengah suara ombak yang menggelegar.
Kernel             : Rejeb melihat kapal tanpa muatan ditengah lautan yang kian mendekat.
Satelite             : Rejeb ketakutan karena menyangka itu adalah kapal setan.
Sekuen 22       : Rejeb naik kepulau.
Kernel             : Rejeb menggulung tali majunnya.
Sekuen 23       : -
Kernel             : Rejeb kebingungan dan segera mencari bantuan kapal yang lewat, tapi tak ada kapal lainyang terlihat.
Sekuen 24       : Rejeb mencari tahu tentang hilangnya prau mereka.
Kernel             : Rejeb berulang kali menyelam mencari tambang yang digunakan untuk mengikat praunya.
Satelite             : Rejeb bilang kepada Darus bahwa ada yang sengaja memotong tali prau mereka.
Sekuen 25       : Ditengah sunyinya malam Darus dan Rejeb membakar udang untuk mengusir rasa lapar dan dingin.
Kernel             : Rejeb berbincang soal nasibnya tanpa prau mancung lagi.
Satelite             : Rejeb tidak setuju dengan Darus karena dia akan menjual sapi ayahnya untuk membeli prau mancung lagi.
Sekuen 26       : Rejeb yang kedinginan dihampiri Sabrang yang membawa kapal motor.
Kernel             : Rejeb ditolong Sabrang.
Kernel             : Rejeb dan Kamituwa desa Cengkrong mendatangi Darus.
Kernel             : Rejeb membujuk Darus untuk tidak melanjutkan niatnya dan supaya segera pulang karena sudah ditunggu anak istrinya.

5.      Layarini/Rini

Sekuen 7         : -
Kernel             : Rini tidak menjawab panggilan bapaknya.
Satelite             : Layarini dibawa pergi oleh kakeknya.
Sekuen 8         : Layarini dan kakeknya kembali kerumah.
Kernel             : Layarini menghampiri bapaknya, tapi ditarik oleh kakeknya.
Sekuen 10       : Layarini diajak tidur Nikmah.
Sekuen 13       : -
Kernel             : Layarini yang sedang bermain dengan kakeknya ditinggal Darus melaut.
Sekuen 17       : Rini kembali pulang.
Sekuen 18       : -
Satelite             : Rini digendong Rabun.
Sekuen 31        : -
Kernel              : Rini menangisi Darus sebelum pulang ke penjara seakan tidak rela Darus kembali ke penjara.
Sekuen 33        : -
Satelite             : Rini sedang sakit.
Sekuen 40        : Rini yang sedang bergelut dengan maut di meja operasi ditemui Darus dan Nikmah.
Kernel              : Rini sudah melewati masa-masa kritis.
Kernel              : Darus masuk kebun kelapa untuk memburu Sabrang.


6.      Sabrang
Sekuen 15       : Sabrang sedang mabuk-mabukan.
Kernel             : Sabrang menawari Rabun whisky asli dari Hongkong.
Sekuen 26       : Sabrang yang membawa kapal motor datang menghampiri Darus dan Rejeb yang kedinginan.
Kernel             : Sabrang dimintai tolong Darus yang teriak dari pulau.
Kernel             : Sabrang menolong Darus dan Rejeb.
Kernel             : Sabrang berpesan pada Darus bahwa dia akan menemukan hal yang tak terduga dirumahnya.
Sekuen 39       : -
Kernel             : Seorang laki-laki (Sabrang) meloncat keluar dari rumah Nikmah saat Darus memergokinya.
Sekuen 41       : Sabrang yang menjadi dalang dari semua kejadian yang dialami Darus. Dari mulai praunya yang hilang, tiba-tiba Sabrang datang menolongnya dan menyuruhnya membawa payal karena dia akan menemui kejadian yang tak terkira.
Kernel             : Sabrang diburu Darus yang masuk ke kebun kelapa.
7.      Goan Jie

Sekuen 6         : -
Kernel             : Goan Jie, Cina dari Surabaya bertemu dengan Darus dan Rejeb diperjalanan.
Sekuen 17       : -
Kernel             : Goan Jie menuju pesisir.
Sekuen 27       : Goan Jie berusaha memperkosa Nikmah.
Kernel             : Goan Jie berkata bahwa dia kesepian sehingga melakukan hal tersebut kepada Nikmah.
Sekuen 28       : Goan Jie dibunuh Darus yang emosi menggunakan payal yang digenggamnya.
Kernel             : Leher dan dada Goan Jie dihujam payal oleh Darus.

8.      Ibunya Nikmah
Sekuen 11       : -
Satelite            : Ibunya Nikmah dinikahi Rabun. Tidak lama kemudian sang ibupun meninggal karena sifat kasar Rabun.

9.      Kadarman (ayah Nikmah)
Sekuen 11        : -
Satelite             : Kadarman difitnah dan dibunuh Rabun demi mendapatkan Ibunya Nikmah.

10.  Pak Kamituwa
Sekuen 29        : -
Kernel             : Kamituwa desa Cengkrong mendatangi Darus yang sedang kalap.

11.  Kimankera
Sekuen 33        : Kiman diminta Darus untuk memijitnya.

12.  Godril dan Tawi Brewok
Sekuen 32        :  Godril, Tawi Brewok dan Darus sedang bersendau gurau dipenjara.

13.  Pak Sulaiman
Sekuen 35       : Pak Sulaiman kepela LP menemui Darus di kantornya.
Kernel             : Pak Sulaiman menyuruh Darus untuk segera mengemasi barang-barangnya karena Darus mendapat remisi dan besok sudah bisa pulang.
14.  Pak Suja’i
Sekuen 35       : -
Kernel             : Pak Suja’i dari bagian pembinaan agama mengucapkan selamat kepada Darus.

15.  Sipir Penjara
Sekuen 34        : Sipir penjara memanggil Darus untuk segera ke kantor.
Kernel             : Sipir penjara diikuti Darus menuju kekantor.


C. ALUR KRONOLOGIS
Pada novel Ombak Sandyakalaning ini menganut satu alur, yanki alur maju.
Sekuen1          : Darus dan rejeb berencana pergi ke laut mencari ikan
Sekuen2          : Darus dan rejeb sampai di laut
Sekuen3          : Darus dan rejeb sampai dipulau
Sekuen4          : Darus teringat keluarganya yang menantikan hasil tangkapan ikan darinya
Sekuen5          : Rejeb menyelam kelaut untuk mencari udang
Sekuen6          : Darus dan rejeb kembali kerumah dengan membawa banyak udang
Sekuen7          : Darus dan rejeb sampai dirumah
Sekuen8          : Darus sampai dirumahnya
Sekuen9          : Darus menemukan istrinya sedang menangis
Sekuen10        : Nikmah teringat dengan ibunya yang sudah lama meninggal
Sekuen11        : Layarini dan kakeknya kembali kerumahnya
Sekuen12        : Darus mandi untuk menghilangkan bau laut yang melekat
Sekuen13        : Nikmah mengajak tidur si Laayarini
Sekuen14        : Darus berencana pergi kerumahnya rejeb untuk menghitung-hitung udang hasil tangkapan mereka
Sekuen15        : Darus sampai dirumahnya rejeb dipinggir dukuh
Sekuen16        : Darus lan rejeb berangkat untuk melaut
Sekuen17        : Ayah tirinya Nikmah masuk keruhnya Nikmah dan bertanya pada Nikmah apakan sudah yakin pernikahan mereka dan apakah sudah sesuai yang diinginkan oleh Nikmah
Sekuen18        : Nikmah menganggap walau mereka hidup dalam kemiskinan dan dilanda kekurangan, Nikmah mengaku pernikahannya bersama Darus adalah peninggalan yang masih ada dari almarhum ibunya.
Sekuen19        : Kuwara (ayah tirinya Nikmah) pergi meninggalkan rumah
Sekuen19        : Nikmah masuk kedalam tempat pesta tersebut
Sekuen20        : Kuwara membujuk Nikmah untuk meninggalkan darus dan menvari sosok baru yang dapat membuat dirinya sehat lahir  maupun batin, dalam hal materiil mapun nonmaterial.
Sekuen21        : Nikmah merasa bahwa dirinya sudah diperjualkan kepada Koh Jie yang mana Kuwara sebagai perantaranya
Sekuen21        : Darus lan Rejeb tiba di pantai dan bersiap-siap mencari udang
Sekuen23        : Rejeb sudah memanjer atau mengikat praunya dengan kencang pada bebatuan yang ada disitu
Sekuen24        : Rejeb menyelam kedalam laut dan mencari udang
Sekuen25        : Darus bercerita kepada rejeb, betapa susahnya hidup yang dialaminya
Sekuen26        : Rejeb melihat sesuatu yang aneh ada digulungan ombak yang semakin besar
Sekuen27        : Rejeb masih tidak percaya bahwa praunya untuk mencari ikan telah lenyap karena gerakan ombak, karena dia yakin praunya tidak akan goyah meskipun dihamtam oleh ombak yang kencvang sekalipun
Sekuen28        : Rejeb yakin bahwa tali praunya diputus oleh seseorang
Sekuen29        : Darus mendengar suara mesin diesel yang menandakan bahwa ada seorang yang mungkin bisa membawa mereka pulang.
Sekuen30        : Darus dan Rejeb sampai di Pantai.
Sekuen31         : Darus sampai didepan rumahnya.
Sekuen32        : Darus yang terbawa nafsu setan berlari mengejar Rabun (ayah Nikmah) yang sudah berusaha menjual anaknya ke Goan Jie.
Sekuen33        : dari semak-semak, Rejeb bersama warga memanggil Darus.
Sekuen34        : Rejeb dan Darus beserta Kepala Dukuh pergi menuju rumahnya Darus.
Sekuen35        : Setahun Darus berada di lembaga permasyarakatan (LP)
Sekuen36        : Nikmah menjenguk Darus di LP.
Sekuen37        : Tujuh tahun berlalu, Darus dipanggil oleh kepala LP.
Sekuen38        : Darus berjalan menuju Rumahnya.
Sekuen39        : Darus sampai didepan rumahnya.
Sekuen40        : Nikmah meminta maaf kepada Darus
Sekuen41        : Nikmah cerita bahwa Layarini sedang berada diRumah Sakit
Sekuen42        : Darus Keluar dari rumah
Sekuen43        : Darus pergi ke Makam kedua-orangtuanya
















2. ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN
A. TOKOH-TOKOH
Ø  Darus                                       : Tokoh Utama (Suaminya Nikmah)
Ø  Rejeb                                       : Saudaranya Darus
Ø  Nikmah                                                : Istrinya Darus
Ø  Kuwara                                                : Ayah tirinya Nikmah
Ø  Layarini                                               : Anaknya Darus dan Nikmah
Ø  Koh Goan Jie                           : Cina, pengusaha kaya asal Surabaya
Ø  Sabrang                                    : Anak buah Goan Jie
Ø  Kadarman                                : Ayah Nikmah (meninggal)
Ø  Ibunya Nikmah                                    : Ibunya Nikmah (meninggal)
Ø  Kimankera dan teman              : Temannya Darus waktu di LP
Ø  Pak Sulaiman                           : Kepala LP tempat Darus ditahan
Ø  Pak Suja’I                                : Kepala pembinaan agama di LP











B. PENOKOHAN BERDASARKAN TOKOH UTAMA

PROTAGONIS
-          Nikmah
-          Rejeb
-          Layarini
-          Pak Sulaiman
-          Pak Suja’i
-          Pak Kamituwa
-          Ibunya Nikmah
-          Kadarman
-          Godril
-          Tawi
-          Kimankera
Darus                                                                                               
             
ANTAGONIS
-          Rabun
-          Sabrang
-          Goan Jie
                    
                                                                    TOKOH NETRAL
-          Sipir Penjara
                    
                                                                   

A.    DARUS
Darus  à Nikmah                : berani berbuat apa saja demi keluarganya, baik.
Darus  à Rejeb                   : baik, setia kawan, perhatian
Darus  à Layarini               : manja, sangat saying, polos
Darus  à Pak Sulaiman       : baik, ramah
Darus  à Pak Suja’i            : baik, ramah
Darus  à Pak Kamituwa     : baik, tidak memaksakan kehendak
Darus  à Ibunya Nikmah   : baik hati
Darus  à Kadarman            : baik hati
Darus  à Godril                  : baik, setia kawan
Darus  à Tawi                    : baik, setia kawan
Darus  à Kimankera           : baik, setia kawan
Darus  à Rabun                  : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis
Darus  à Sabrang                : licik,dendam, penghianat, pembohong
Darus  à Goan Jie               : jahat
Darus  à Sipir Penjara        : baik

B.     Nikmah
Nikmah  à Darus                    : baik, bertangung jawab
Nikmah  à Rejeb                     : baik, setia kawan
Nikmah  à Layarini                 : manja, sangat saying, polos
Nikmah  à Pak Sulaiman        : baik, ramah
Nikmah  à Pak Suja’i              : baik, ramah
Nikmah  à Pak Kamituwa      : baik, tidak memaksakan kehendak
Nikmah  à Ibunya Nikmah     : baik hati
Nikmah  à Kadarman             : baik hati
Nikmah  à Godril                   : baik
Nikmah  à Tawi                      : baik
Nikmah  à Kimankera            : baik
Nikmah  à Rabun                   : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis, suka memaksa
Nikmah  à Sabrang                 : jahat tapi juga berjasa
Nikmah  à Goan Jie                : jahat
Nikmah  à Sipir Penjara          : baik

C.     Rejeb
Rejeb  à Nikmah                : berani berbuat apa saja demi keluarganya, baik.
Rejeb  à Darus                   : baik, setia kawan, perhatian
Rejeb  à Layarini               : polos
Rejeb  à Pak Sulaiman       : baik, ramah
Rejeb  à Pak Suja’i            : baik, ramah
Rejeb  à Pak Kamituwa     : baik, tidak memaksakan kehendak
Rejeb  à Ibunya Nikmah    : baik hati
Rejeb  à Kadarman            : baik hati
Rejeb  à Godril                  : baik, setia kawan
Rejeb  à Tawi                     : baik, setia kawan
Rejeb  à Kimankera           : baik, setia kawan
Rejeb  à Rabun                  : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis
Rejeb  à Sabrang                : licik, curang, penghianat, pembohong
Rejeb  à Goan Jie               : jahat
Rejeb  à Sipir Penjara         : baik


D.    Layarini/Rini
Layarini  à Nikmah            : sayang, baik hati.
Layarini  à Rejeb               : baik
Layarini  à Darus               : bertanggung jawab, baik
Layarini  à Pak Sulaiman   : baik, ramah
Layarini  à Pak Suja’i        : baik, ramah
Layarini  à Pak Kamituwa : baik, tidak memaksakan kehendak
Layarini  à Ibunya Nikmah: baik hati
Layarini  à Kadarman        : baik hati
Layarini  à Godril              : baik
Layarini  à Tawi                 : baik
Layarini  à Kimankera       : baik
Layarini  à Rabun              : baik, sayang
Layarini  à Sabrang            : jahat
Layarini  à Goan Jie           : jahat
Layarini  à Sipir Penjara     : baik

E.     Rabun
Rabun  à Nikmah               : keras kepala, membangkang
Rabun  à Rejeb                  : benci
Rabun  à Layarini              : sangat sayang
Rabun  à Pak Sulaiman      : baik
Rabun  à Pak Suja’i           : baik
Rabun  à Pak Kamituwa    : tidak memaksakan kehendak
Rabun  à Ibunya Nikmah  : cinta
Rabun  à Kadarman           : benci
Rabun  à Godril                 : setia kawan
Rabun  à Tawi                   : setia kawan
Rabun  à Kimankera          : setia kawan
Rabun  à Darus                  : benci, menghalangi niatnya
Rabun  à Sabrang               : baik
Rabun  à Goan Jie              : baik, dermawan
Rabun  à Sipir Penjara       : baik

F.      Goan Jie

Goan Jie  à Nikmah                : keras kepala, membangkang
Goan Jie  à Rejeb                   : benci
Goan Jie  à Layarini               : baik
Goan Jie  à Pak Sulaiman       : baik
Goan Jie  à Pak Suja’i            : baik
Goan Jie  à Pak Kamituwa     : tidak memaksakan kehendak
Goan Jie  à Ibunya Nikmah    :baik
Goan Jie  à Kadarman            : benci
Goan Jie  à Godril                  : setia kawan
Goan Jie  à Tawi                     : setia kawan
Goan Jie  à Kimankera           : setia kawan
Goan Jie  à Darus                   : benci, menghalangi niatnya
Goan Jie  à Sabrang                : baik, penghianat
Goan Jie  à Rabun                  : baik
Goan Jie  à Sipir Penjara        : baik

G.    Sabrang
Sabrang  à Nikmah                 : diam-diam mencintai
Sabrang  à Rejeb                    : benci
Sabrang  à Layarini                : baik
Sabrang  à Pak Sulaiman        : baik
Sabrang  à Pak Suja’i             : baik
Sabrang  à Pak Kamituwa      : tidak memaksakan kehendak
Sabrang  à Ibunya Nikmah     : baik
Sabrang  à Kadarman             : benci
Sabrang  à Godril                   : setia kawan
Sabrang  à Tawi                      : setia kawan
Sabrang à Kimankera             : setia kawan
Sabrang à Darus                     : benci, dendam
Sabrang à Darus                     : tidak baik
Sabrang à Rabun                    : baik
Sabrang à Sipir Penjara          : baik

H.     Kadarman 
Kadarman  à Darus                : baik, bertangung jawab
Kadarman  à Rejeb                 : baik, setia kawan
Kadarman  à Layarini             : manja, sangat saying, polos
Kadarman  à Pak Sulaiman    : baik, ramah
Kadarman  à Pak Suja’i          : baik, ramah
Kadarman  à Pak Kamituwa  : baik, tidak memaksakan kehendak
Kadarman  à Ibunya Nikmah : baik hati
Kadarman  à Nikmah             : baik hati
Kadarman  à Godril               : baik
Kadarman  à Tawi                  : baik
Kadarman  à Kimankera        : baik
Kadarman  à Rabun               : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis, suka memaksa
Kadarman  à Sabrang             : jahat tapi juga berjasa
Kadarman  à Goan Jie            : jahat
Kadarman  à Sipir Penjara      : baik

I.        Ibunya Nikmah

Ibunya Nikmah  à Nikmah              : menyayangi,peduli,cinta.
Ibunya Nikmah à Darus                   : baik, setia kawan, perhatian
Ibunya Nikmah à Layarini               : polos
Ibunya Nikmah à Pak Sulaiman      : baik, ramah
Ibunya Nikmah à Pak Suja’i            : baik, ramah
Ibunya Nikmah à Pak Kamituwa    : baik, tidak memaksakan kehendak
Ibunya Nikmah à Rejeb                   : baik hati
Ibunya Nikmah à Kadarman           : baik hati
Ibunya Nikmah à Godril                  : baik, setia kawan
Ibunya Nikmah à Tawi                    : baik, setia kawan
Ibunya Nikmah à Kimankera           : baik, setia kawan
Ibunya Nikmah à Rabun                  : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis
Ibunya Nikmah à Sabrang               : licik, curang, penghianat, pembohong
Ibunya Nikmah à Goan Jie              : jahat
Ibunya Nikmah à Sipir Penjara        : baik

J.       Pak Sulaiman

Pak Sulaiman  à Darus                     : baik, bertangung jawab
Pak Sulaiman  à Rejeb                     : baik, setia kawan
Pak Sulaiman  à Layarini                 : manja, sangat saying, polos
Pak Sulaiman  à Pak Sulaiman         : baik, ramah
Pak Sulaiman  à Pak Suja’i              : baik, ramah
Pak Sulaiman  à Pak Kamituwa       : baik, tidak memaksakan kehendak
Pak Sulaiman  à Ibunya Nikmah     : baik hati
Pak Sulaiman  à Nikmah                  : baik hati
Pak Sulaiman  à Godril                    : baik
Pak Sulaiman  à Tawi                      : baik
Pak Sulaiman  à Kimankera             : baik
Pak Sulaiman  à Rabun                    : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis, suka memaksa
Pak Sulaiman  à Sabrang                 : jahat tapi juga berjasa
Pak Sulaiman  à Goan Jie                : jahat
Pak Sulaiman  à Sipir Penjara          : baik

K.    Kimankera

Kimankera à Darus                                   : baik, perhatian, setia kawan
Kimankera à Rejeb                                    : baik, setia kawan
Kimankera à Layarini                                : manja, polos
Kimankera à Pak Sulaiman                       : baik, ramah
Kimankera à Pak Suja’i                             : baik, ramah
Kimankera à Pak Kamituwa                     : baik, tidak memaksakan kehendak
Kimankera à Ibunya Nikmah                    : baik hati
Kimankera à Nikmah                                : baik hati
Kimankera à Godril                                  : baik
Kimankera à Tawi                                     : baik
Kimankera à Kimankera                           : baik
Kimankera à Rabun                                  : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis, suka memaksa
Kimankera à Sabrang                                : jahat tapi juga berjasa
Kimankera à Goan Jie                               : jahat
Kimankera à Sipir Penjara                         : baik

L.      Godril
Godril à Darus                        : baik, perhatian, setia kawan
Godril à Rejeb                        : baik, setia kawan
Godril à Layarini                    : manja, polos
Godril à Pak Sulaiman           : baik, ramah
Godril à Pak Suja’i                 : baik, ramah
Godril à Pak Kamituwa         : baik, tidak memaksakan kehendak
Godril à Ibunya Nikmah        : baik hati
Godril à Nikmah                    : baik hati
Godril à Kimankera                : baik
Godril à Tawi                         : baik
Godril à Kimankera                : baik
Godril à Rabun                       : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis, suka memaksa
Godril à Sabrang                    : jahat tapi juga berjasa
Godril à Goan Jie                   : jahat
Godril à Sipir Penjara             : baik

M.   Tawi

Tawi à Darus                          : baik, perhatian, setia kawan
Tawi à Rejeb                          : baik, setia kawan
Tawi à Layarini                      : manja, polos
Tawi à Pak Sulaiman              : baik, ramah
Tawi à Pak Suja’i                   : baik, ramah
Tawi à Pak Kamituwa            : baik, tidak memaksakan kehendak
Tawi à Ibunya Nikmah           : baik hati
Tawi à Nikmah                       : baik hati
Tawi à Kimankera                  : baik
Tawi à Godril                         : baik
Tawi à Kimankera                  : baik
Tawi à Rabun                         : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis, suka memaksa
Tawi à Sabrang                       : jahat tapi juga berjasa
Tawi à Goan Jie                      : jahat
Tawi à Sipir Penjara               : baik

N.    Pak Suja’i
Pak Suja’i à Darus                  : baik, bertanggung jawab
Pak Suja’i à Rejeb                  : baik, setia kawan
Pak Suja’i à Layarini              : manja, polos
Pak Suja’i à Pak Sulaiman      : baik, ramah
Pak Suja’i à Tawi                   : baik, ramah
Pak Suja’i à Pak Kamituwa    : baik, tidak memaksakan kehendak
Pak Suja’i à Ibunya Nikmah  : baik hati
Pak Suja’i à Nikmah               : baik hati
Pak Suja’i à Kimankera          : baik
Pak Suja’i à Godril                 : baik
Pak Suja’i à Kimankera          : baik
Pak Suja’i à Rabun                 : jahat, licik, picik, curang, bagaikan iblis, suka memaksa
Pak Suja’i à Sabrang              : jahat tapi juga berjasa
Pak Suja’i à Goan Jie             : jahat
Pak Suja’i à Sipir Penjara       : baik
4. ANALISIS LATAR
A. LATAR TEMPAT
Pada novel Ombak Sandyakalaning ini berlatarkan suasana Pantai trenggalek Jawa Timur dan Masyarakat berprofesi sebagai Nelayan.
Berikut cuplikan penggalan pada bagian ketujuh yakni “mata payal”
……………………..
“kuwi rak rancanganmu? Bisa uga kedadeyane liya, Darus!”
Wong lanang Darus plenggamg-plenggong.
“Sapine bapakku mesthi dak dol menyang pasar Trenggalek, aku bakal tuku prau mancung.”………………….
Sekuen1          : Dirumahnya darus yang digambarkan seperti gubug, tidak layaknya rumah.
Sekuen2          : Pesisir pantai yang panas
Sekuen3          : Pulau kecil disebrang pesisir
Sekuen6          : Rumahnya Darus
Sekuen7          : Rumahnya Rejeb yang berada dipinggir dusun
Sekuen19        : Warung desa yang isinya tempat minuman memabukkan dan banyak pelacur
Sekuen33        : Semak-semak, layaknya kebun tebu
Sekuen35        : Lembaga permasyarakatan (LP) trenggalek
Sekuen43        : Pemakaman desa



B. LATAR WAKTU
Latar waktu pada novel ini adalah suasana tahun 90’an, dimana digambarkan para nelayan yang mencari tangkapan hanya bermodalkan perahu kecil atau sering disebut “canthik” ada juga yang menyebutnya jukung. Kehidupan sudah berjalan tanpa penindasan karena waktu itu indoesia sudah merdeka. Kehidupan pantai di daerah trenggalek – Jawa Timur tahun 90’an, itulah yang menjadikan latar waktu pada novel ini.
C. LATAR SOSIAL
Latar sosial yang kental sekali pada  pada novel ini adalah suasana perkampungan nelayan atau masyarakat nelayan yang keseharian mencari ikan, udang maupun hasil laut dengan menggunakan kapal sederhana. Dari peralatan yang mereka gunakan dalam mencari hasil laut ini, penganalisis menyimpulkan bahwa kehidupan mereka masih minim. Dikatakan miskin tepatnya. Hal ini menjadikan warga haus akan materi, hal ini digambarkan ketika ada seorang pengusaha kaya yang datang kepantai dekat trenggalek ini yang bernama Goan Jie. Para warga sekitar langsung menghampiri dan menjadikan dirinya sebagai anak buahnya. Karena kekayaan yang dimiliki oleh Goan Jie ini terlampaui kayanya, sehingga kehidupan anak buahnya sedikit lebih baik. Namun dibalik semua itu tersimpan niat jahatnya yakni ingin memiliki  dan menguasai wilayah itu.












5. ANALISIS TEMA
Tema: Pembunuhan

Terdapat pada sekuen ke 28

Kutipan:
Payal kanthi mata telu kuwi diangkat dhuwur, banjur diantemake gulune wong lanang sing mekangkang mung nganggo kaos oblong loreng-loreng. Getih sumembur mancur, glangsaran. Didudut saka tunjepane, diangkat maneh. Si kaos oblong molet banjur ngemah, pener ing dhadha kecer ati mata payal kuwi tumancep maneh saka tangan lanang sing kukuh.”

Terjemahan:
“Payal bermata tiga itu diangkat tinggi, kemudian dipukulkan kearah leher lelaki yang terlentang yang hanya memakai kaos oblong belang-belang. Semburan darah yang mancur amat banyak. Payal dicabut kemudian diangkat lagi. Si kaos oblong jatuh tersungkur ketanah, payal ditancapkan lagi oleh tangan lelaki yang kokoh itu.

Analisis:
Leher Goan Jie ditusuk payal bermata tiga oleh Darus. Saat Goan Jie tersungkurpun Darus masih menghujamkan payalnya. Hal tersebut menyebabkan Goan Jie mati dengan darah yang bercucuran. Darus emosi karena melihat istrinya yang akan diperkosa Goan Jie.


6. ANALISIS SUDUT PANDANG
Sudut pandang pengarang pada novel “Ombak Sandyakalaning” karya Tamsir AS  yakni orang ketiga “dia mahatahu”. Setelah membaca dan memahami isi cerita pada novel ini penganalisis menemukan sudut pandang yang digunakan oleh pengarang, “Mahatau” karena pengarang mengetahui semua yang terjadi pada tokoh-tokohnya, mulai dari kehidupan, latar dan waktu terjadinya percakapan atupun kegiatan yang berlasung. Tamsir AS seakaan-akan menceritak kehidupan diwilayahnya sendiri, dimana Trenggalek adalah daerah yang dikenal oleh pengarang.
Cuplikan :
Darus ndangak menyang srengenge. Wangsulane: “ Yen wis tumbuk awake dhewe melu prau jaring wae Jeb, iwak-iwak jengkelong utawa layur wis gedhe-gedhe”
Terjemahannya
Darus menatap matahari yang panas, “Kalau kita sudah tidak memiliki kapal jaring lagi Jeb, ikan-ikan juga sudah besar”
Pada cuplikan diatas menggambarkan bahwa pengarang mengetahui secara detail apa yang sedang dilakukan oleh tokoh-tokohnya.
            Berawal dari itu penganalisis menyimpulkan bahwa sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga mahatau.



7. ANALISIS AMANAT
Novel Ombak Sandyakalaning, memberikan banyak amanat yang dapat diambil. Diantaranya yakni :
1.      Sayangilah selalu keluargamu.
2.      Jangan pernah permainkan kesetiaan seseorang.
3.      Emosi bisa membutakan nalar dan hati.
4.      Kesabaran pasti akan berbuah manis.
5.      Sahabat tidak hanya tempat kita berbagi tawa tetapi juga sebagai tempat untuk menyandarkan hati karena duka.
6.      Kepercayaan adalah dasar cinta yang sejati
7.      Kita harus tetap berusaha dan jangan pernah menyerah pada keadaan.


8. ANALISIS STILE/GAYA BAHASA
Novel Ombak Sandyakalaning, banyak memberikan sentuhan gaya bahasa yang kental sekali.

Cuplikan 1
Nikmah banjur klepat ninggalake papan kono, kabeh uwong mung bisa nyawangi sing mentas teka lan sing ninggalake plataran omah mencil kana ...
Terjemahan
Nikmah seketika itu meninggalkan tempat itu, semua orang hanya bisa memandang nikmah yang muncul dari rumah disudut sana...
 Pada cuplikan diatas, melibatkan pencintraan pembaca yakni citraan penglihatan

Cuplikan 2
Beberapa tembang juga dimasukan dalam novel ini sebagai aksen Jawa yang sangat dominan
Berikut tembang yang tercantum,
Banyu kali mili kena dibendung,
 jajagana wates ing dhadha.
Pedhote tali kena disambung,
pedhote tresna katon ing mata.
Darus noleh, mesem.
“Tenan pa ?”
“Nggak perlu dibuktekna kang Darus !
Mundhak-mundhak ngremuk ati ing dhada !
Mulane kang . . . .
Baita ngambang ing toya,
 waspadakna bumi langite.
Ja siya bojo jaka-lara,
 kelingana bibit kawite.
.........................................................................................................
Berdasarkan cuplikan tembang-tembang yang tertera pada novel ini, penganalisis