Halaman

Minggu, 15 Juli 2012

Makna Dibalik Karya Satra Suluk Luwang


BAB I
Pengantar
Sastra atau yang lebih dikenal dengan julukan karya sastra, merupakan perwujudan dari cipta dan karsa manusia. Diolah secara estetika sehingga menghasilkan hasil yang indah dan menyimpan berbagai makna tersirat maupun tersurat didalamnya. Secara umum karya sastra mempunyai sifat estetika yang dikemukakan melalui tata ucap maupun cara penulisan dari karya satra itu sendiri. Melalui daya cipta dan karsa itu sendiri seorang penulis karya sastra mencurahkan pengalaman jiwanya untuk dituangkan kedalam karyanya. Sehingga menjadi suatu karya sastra yang benar-benar nyata akan penghayatan dan pemilihan isinya.
Apa yang menjadi isi dari suatu karya sastra merupakan curahan hati dari si pengarang itu sendiri. Tentunya apa yang akan di ungkapkan dalam sebuah karya sastra bukan sekedar merupakan pengalaman dari si pengarang itu sendiri. Melainkan dari pengalaman yang benar-benar penuh dengan nilai estetika yang sangat dalam. Serta mampu menggugah minat si pembaca maupun mempengaruhi si pembaca untuk mengambil amanat yang terkandung didalamnya. Pengalaman yang tercurahkan dalam karya sastra dapat berupa filsafat hidup, ataupun cita-cita yang akan dicapai dimasa yang akan datang.
Maka dari itu sesuai dengan pendapat Rene Wellek bahwasannya fungsi sastra pada dasarnya berlangsung sepanjang hayat. Melalui penyelidikannya terhadap sejarah estetika dan poetika, ia berkesimpulan bahwa puisi atau karya sastra itu ”menyenangkan” dan “berguna” (dulce et utile). Didalam naskah sastra Jawa, karya sastra yang berupa suluk sangat kurang ditanggapi dengan baik oleh para masyarakat pada umumnya. Hal tersebut dikarenakan dari segi sifatnya yang terdiri dari dua dimensi ruang yang berbeda, antara sastra Islam dan sastra Jawa. Suluk menurut pengertiannya adalah mengkosongkan diri dari segala sifat yang buruk yang kemudian diganti dengan sifat yang baik. Sedangkan kata suluk dan sulukan itu sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “suatu perjalanan” atau yang sering dikenal dengan perjalanan menuju Illahi. Yang terbagi menjadi empat tahap yaitu: syariat, tarikat, hakekat dan makrifat. Yang harus ditempuh oleh manusia agar sampai kepada Tuhan.
Sedangkan suluk yang terkenal diantaranya adalah Suluk Resi DriyaSuluk SukarsaSuluk Wujil sertaSuluk Malang Sumirang. Yang semua suluk tersebut terbentuk tembang macapat yang memiliki aturan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.



BAB II
Landasan Teori
1.      Pengertian Puisi
·         Tarigan (1984: 4) mengatakan bahwa kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poeisis” yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poetry yang berarti puisi, poet berarti penyair, poem berarti syair, sajak. Arti yang semacam ini lama kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kata-kata kiasan.” Dapat dikatakan puisi adalah pengucapan dengan perasaan, sedangkan prosa pengucapan dengan pikiran.
·         John Dreyden menghubungkan puisi dengan musik.
·         Samuel Johnson mengatakan bahwa puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan penuh daya; dia bercikal bakal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian.
·         Matthew Arnold memberikan definisi bahwa puisi merupakan bentuk organisasi tertinggi dari kegiatan intelektual manusia.
·         Bradley mengatakan puisi adalah semangat. Dia bukan pembantu kita, tetapi pemimpin kita.
·         Ralph Waldo Emerson mengatakan bahwa puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa, sesuatu untuk menggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dan alasan yang menyebabkan ada. Pendapat-pendapat lain dari para sastrawan dunia tentang puisi adalah sebagai berikut:
·         William Wordsworth, puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, dia memperoleh rasanya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
·         Percy Bysche Shelly, puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan.
·         Watts Dunton, puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia secara emosional dan berirama.
·         Lascelles Abercramble, puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang mempergunakan setiap rencana yang matang dan bermanfaat
Dengan demikian, pada hakikatnya puisi merupakan gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan, gambaran semua materi dan bagian-bagian yang menjadi komponennya dan merupakan suatu kesatuan yang indah (Abrams, 1981: 68).
2.      Bahasa Puisi
Puisi sebagai salah satu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai pemaparnya dan memiliki kekhasan tersendiri. Bahasa adalah sistem tanda yang bersifat arbitrer. Oleh karena itu, di samping sebagai struktur, puisi dapat pula dipandang sebagai tanda (sign). Sebagai sebuah tanda puisi mempunyai dua watak, yaitu otonom dan komunikatif. Di dalam watak otonomnya puisi terikat oleh kode sastra, yaitu puisi harus berbobot kesusastraan (literariness). Dalam watak komunikatifnya, puisi terikat pada kode bahasa dan kode budaya. Yaitu penyair menyampaikan gagasan tertentu kepada pembacanya berdasarkan budaya yang melekat pada pribadi penyair maupun pembacanya (Teew, 1983 : 22;Amir, 1988: 4).
Bahasanya bersifat konotatif. Oleh sebab itu, puisi sulit ditafsirkan secara tepat tanpa memahami konteks yang dihadirkan dalam puisi. Puisi diciptakan penyair dalam perasaan, pemikiran dan citarasa yang khas sehingga bersifat khas pula.
Bahasa yang digunakan penyair bersifat khusus. Penyair mungkin menggunakan bahasa sehari-hari yang diberi makna baru, tetapi lebih banyak penyair menggunakan bahasa sehari-hari (Wellek dan Warren, 1956: 23). Dalam puisi ada struktur puisi. Struktur puisi terdiri atas diksi, bahasa kias, pencritaan, persajakan. Sedangkan struktur batin yaitu tema, nada, suasana, amanat.
3.      Pengertian Suluk dalam agama Islam
Suluk secara harfiah berarti menempuh (jalan). Dalam hubungannya dengan agama Islam dan sufismesuluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju kejalan Allah. Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup empat tahap yang harus ditempuh oleh manusia yaitu syariat, tarikat, hakekat dan makrifat. Yang masing-masing tahap tersebut harus dilaksanakan secara beurutan.

4.      Pengkajian Puisi
Dalam menganalisis karya satra yang berupa suluk, perlu adanya teknik interpretasi yang baik agar penafsirannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengarang. Apalagi suluk pada umumnya berupa cakepan tembang macapat yang cara membacanya pun berbeda-beda sesuai dengan macamnya. Hal itu menambah rasa yang tersediri bagi orang yang membacanya dan agar kata-kata mutiara yang akan disampaikan oleh pengarang dapat tersampaikan dengan baik. Interpretasi tersebut perlu dilakukan dalam upaya untuk menangkap isi suatu suluk secara menyeluruh.
Maka dari itu iterpretasi merupakan salah satu teknik yang sering digunakan dalam menganalisis sebuah suluk. Serta alangkah baiknya jika dalam mengkaji sebuah suluk hendaknya dibaca dengan aturan yang sesuai dengan tembang macapat yang menjadi dasar bentuk suluk tersebut.


BAB III
Pembacaan Teks Secara Tersurat
Suluk Luwang


A. ASMARADANA                                                                     

1.        Luwange wong doyan guling
Tan suririh tur sungkanan
Sarta adoh daulate
Luwange wong doyan mangan
Tetiga badhenira
Alinyok beler angeplok
Ping tiga gagas karyeng karya
2.        Wateke wong kurang guling
Sinung padang manahira
Lamun sih alinggih dhewe
Apa sedyanira gampang
Sing wong margi pangan
Lawan amargi turu
Sinung peteng manahira
3.        Sing sapa ngirang-irangi
Cegah dhahar lawan nendra
Lami-lami pinanggih
Sinung sandhang sinung pangan
Tur sinung panggawean
Nutuk daulate muput
Sinung padhang galihira
Inggih Sunan Kalijaga
Maulana tapa neng toya Gegisik
Sendhen kajeng galingga
4.        Larnenipun apan tigang sasi
Manuk Iber angungkuli pejah
Neng pulo Upih enggone
Pranu baitu mancung
Welah ecip ngadeg pribadi
Wruh Mekah yen Jumungah
Derajate luhung
Kajeng gtaiinggang punika
Wonten tuwuh rempyah rempyah apan dadi
Gih masalah utama.
5.        Pinten banggi winales Hyang widhi
Wong nglarani badan tigang wulan
Sanggar medal rejekine
Nadyan wong nandur jagung
Tigang wulan yen tuwuk dhangir
Asthi kena tinedha
Lamun wong puniku
Pan dhangire lawan tapa
Lan narima lan tan owah adhep neki
Marang kang murbeng jagad

B. Dhandhanggula

1.      Kang tinilat wong apul netepi
Nabi Mustapa kendel wateknya
Tanpa yun olah sastrane
Mung salate den gunggung
Nora epot siang Ian ratri
Tan kena kawang woran
Nenggih nabi rasul
Semune wus ngraga suksma
Sengga manuk wus awor kurunganeki
Ya badan iya nyawa

2.      Nenggih mangkana Susunan Giri
Denya tapa wau tigang wulan
Nulya mios jelajate
Jinurung ing Hyang Agung
Sasebdane puniku dadi
Kang sela dadi liman
Padhang galihipun
Anulya tapa ngaluang
Laminipun kawandasa dina singgih
Siang dalu ngaiuang.

3.      Angker awingita susunan Giri
Pan linuwih Ratu Waliyollah
Rat Jawa pan kedhep kabeh
Gantya ingkang Winuwus
Kang She Maulana Makgripi
Sampun ngangkah Sudarma
Sampun manjing guru

4.      Sang saya tuwa pinanggih
Begja daulate kathah
Pan wus janji ning Hyang Manon
Ing duka amanggih suka
Sangking adile Hyang Agung
Siji winales sadasa

5.      Sadina ngirang-irangi
Winales sadasa dina
Kamukten dening Hyang Manon
Lawan sinung panggawean
Sing sapa watekira
Sarta lan imanipun (k.99)
Hyang Suksma amanggih suka


Arti Dari Suluk Luwang

A. ASMARADANA

1.      Celakanya orang yang sering suka bermalas-malasan
Yang penakut sekaligus pemalu
Serta jauh kekuasaanya                         
Celakanya orang yang suka makan
Yaitu ada tiga bedanya
Diinjak dan ditepuk
Tiga kali baru bekerja
Maksud yang tersirat dari teks tersebut adalah celakalah di belakang pastinya. Apabila orang yang suka bermalas-malasan atau sering tidur, yang penakut sekaligus pemalu serta jauh dari kekuasaan yang ada ditangannya. Dan celakanya orang yang suka makan-makan atau yang menghambur-hamburkan uang. Meliputi tiga hal yang membedakannya dari orang yang pemalas yaitu; sering diinjak-injak dan diperingatkan. Dan setelah diperingatkan tiga kali barulah ia sadar dan bekerja kembali.

2.      Sungguh kasihan duduk sendiri
Sifatnya orang yang suka guling
Sungguh terang hatinya
Apa semuanya mudah
Sebab orang yang makan
Dan juga sebab tidur
Sungguh gelap hatinya
Maksud dari bacaan tersebut adalah betapa kasihan orang yang suka bermalas-malasan yang selalu menyendiri yang selalu menganggap persoalan dengan sebelah mata dan meremehkannya. Padahal sesunggunya orang yang malas-malasan dan yang sering berfoya-foya sudah buta hatinya.

3.      Barang siapa yang mempersungguh
Mencegah makan dan minum
Lama-lama akan menemukan
Mendapat sandang dan pangan
Dan juga pekerjaan
Daulatnya berlanjut sampai selesai
Hatinya menjadi terang
Ya sunan kalijagalah
Maulana yang bertapa di air gegisik
Bersandar kanjeng galingga
Maksud dari tembang tersebut adalah barang siapa yang bersungguh-sungguh untuk prihatin, maka lama-lama orang tersebut pasti akan menemukan sandang dan penghasilan yang layak dan tenang hatinya serta kekuasaanya akan terus berlanjut sampai selesai seperti Sunan Kalijaga dan Syeh Maulana.

4.      Hampir tiga bulan lamanya
Burung terbang mendahului mati
Di pulau upih tempatnya
Hidungnya mancung
Telah mengetahui berdirinya pribadi
Tahu makah setiap jum'at
Derajatnya tinggi
Ada rempyah-rempyah mau jadi
Itu masalah utama
Maksud dari seratan tersebut adalah menceritakan tentang perjalanan seseorang menuju jalan Illahi dengan berangkat haji ke Ka’bah.


5.      Berapa malam hyang widi membalas
Orang menyakiti badan tiga bulan
Supaya keluar rejekinya
Sekalipun orang menanam jagung
Tiga bulan kalau mau mengolah
Baru boleh dimakan
Adapun orang itu
Kalau mau mengolah dengan bertapa
Dan menerima serta tidak berubah hadapnya
Terhadap yang membuat jagad
Maksud dari bacaan diatas adalah Tuhan telah membalas apa yang telah diupayakan oleh hambanya selama tiga bulan ia telah berprihatin agar rejekinya keluar yang diibaratkan bagai orang yang menanam jagung. Apabila dirawat dengan baik maka akan menghasilkan hasil yang baik pula.

B. DANDANGGULA

1.      Yang terlambat orang akan menetapi
Nabi mustapa diam sifatnya
Tanpa membicarakan ucapan sastranya
Hanya sholatnya yang dipersungguh
Tidak hanya slang dan malam
Tidak boleh ditinggalkan
Seperti itulah nabi Rosul
Bayanganya sudah masuk ke sukma
Burungnya sudah ada di sangkar
Ya badan ya nyawa.
Maksudnya barang siapa yang sudah kembali kepada Tuhan maka amal yang dibawa hanyalah sholat yang telah dijalankanya siang dan malam. Seperti yang telah diajarkan oleh nabinya yang sudah merasuk kedalam sukmanya. Sehingga sudah tidak bisa keluar lagi.

2.      Seperti itulah sunan Giri
Bertapanya selama tiga bulan
Kemudian tahu maksudnya
Bersujud dihadapan Hyang Agung
Sabdanya tersebut jadi
Yang diantaranya menjadi lima
Terang hatinya
Kemudian bertapa kembali
Lamanya empat puluh hari
Siang dan malam.
Seperti itulah sosok Sunan Giri yang bertapa selama tiga bulan yang kemudin baru mengetahui makna dari bersujud dihadapan Sang Pencipta yang kemudian diringkas menjadi lima yang kemudian diubah menjadi empat puluh hari berpuasa siang dan malam.


3.      Sunan Giri amat menakutkan
Melebihi ratu Waliyullah
Seluruh jawa berkedip semua
Berganti yang sudah-sudah
Kanjeng Syeh Maulana memaghribkan
Sudah melangkah waktunya                   
Sudah masuk waktunya guru.
Maksudnya Sunan Giri yang ditunjuk menggantikan Syeh Maulana memang sangat disegani oleh masyarakat Jawa yang dijadikan pedoman bagi kaumnya.

4.      Semakin tua ketemu
Beruntung daulatnya banyak
Yang sudah berjanji pada Hyang Manon
Dalam duka maupun suka
Sebab adilnya Hyang Agung
Satu dibalas sepuluh.
Maksunya semakin tua umurnya dan kekuasaanya maka ia selalu berjanji kepada sang pencipta agar dalam suka maupun duka selalu mengapdi kepada rakyatnya.

5.      Sehari dikerjakan
Dibalas sepuluh hari
Dijanji oleh Hyang Manon
Dengan sungguh bekerja
Barang siapa yang berhati balk
Dan juga beriman
Hyang Suksma akan senang.
Bahwa sanya Sang Pemimpin diberi janji oleh Sang Pencipta untuk sungguh-sungguh dalam menjalankan titahNya yang dilandasi dengan iman maka niscaya Sang Pencipta juga akan senang kepadaNya.

BAB V
Simpulan

Suluk merupakan kumpulan dari berbagai macam ajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia jaman sekarang ini. Maka atas dasar uraian di atas baik secara tersirat maupun tersurat suluk luwang mempunyai beberapa amanat yang sangat perlu bagi manusia jaman sekarang. Dalam suluk luwang tersebut mengandung ajaran hidup tentang keagamaan dan perjalanan menuju kesempurnaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun ajaran yang terkandung di dalam suluk luwang tersebut diantaranya:
1.      Manusia yang hendak mencapai kesempurnaan seharusnya juga rela bersakit-sakit dahulu dengan cara berprihatin. Prihatin tersebut dapat berupa puasa, mengurangi tidur dan selalu berusaha untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
2.      Bagi orang yang kurang mampu dengan berprihatin maka pada suatu ketika pasti dapat menemukan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
3.      Sedangkan bagi yang mampu hendaknya menyantuni yang kurang mampu. Dengan tidak menyombongkan diri, serta selalu berperilaku ramah dan taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa karena harta itu hanyalah titipan semata.
4.      Bagi orang yang jahat maka Tuhan akan membalas dengan kejahatan pula, sedangkan bagi orang yang baik maka Tuhan juga akan membalas dengan kebaikan pula. Maka dari itu orang yang jahat hendaknya segera bertaubat.
5.      Pagi para penguasa hendaknya selalu menjunjung tinggi rakyatnya dan tidak pernak korupsi karena rakyat adalah manusia yang menjadi jantung tubuhnya itu sendiri.
6.      Yang terakhir segala sesuatu yang harus dicapai hendaknya dilandasi dengan perjuangan yang ulet dan atas rasa sabar yang begitu dalam. Karena dengan itulah maka yang akan dicita-citakan dapat tercapai dengan maksimal.


Daftar pustaka 

Djojosuroto, Kinayati.2006.Pengajaran Puisi, Analisis, dan Pemahaman.Bandung:Nuansa.
E. Palmer, Ricard.2003.Hermeneutika Baru Mengenai Interpretasi.Yogyakarta:Pustaka B5r.
http://id.wikipedia.org/wiki/semiotika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar