BAB I
Pengantar
Sastra atau yang lebih dikenal dengan julukan karya sastra,
merupakan perwujudan dari cipta dan karsa manusia. Diolah secara estetika
sehingga menghasilkan hasil yang indah dan menyimpan berbagai makna tersirat
maupun tersurat didalamnya. Secara umum karya sastra mempunyai sifat estetika
yang dikemukakan melalui tata ucap maupun cara penulisan dari karya satra itu sendiri.
Melalui daya cipta dan karsa itu sendiri seorang penulis karya sastra
mencurahkan pengalaman jiwanya untuk dituangkan kedalam karyanya. Sehingga
menjadi suatu karya sastra yang benar-benar nyata akan penghayatan dan
pemilihan isinya.
Apa yang menjadi isi dari suatu karya sastra merupakan curahan
hati dari si pengarang itu sendiri. Tentunya apa yang akan di ungkapkan dalam
sebuah karya sastra bukan sekedar merupakan pengalaman dari si pengarang itu
sendiri. Melainkan dari pengalaman yang benar-benar penuh dengan nilai estetika
yang sangat dalam. Serta mampu menggugah minat si pembaca maupun mempengaruhi si pembaca untuk mengambil amanat yang
terkandung didalamnya. Pengalaman yang tercurahkan dalam karya sastra dapat
berupa filsafat hidup, ataupun cita-cita yang akan dicapai dimasa yang akan datang.
Maka dari itu sesuai
dengan pendapat Rene Wellek bahwasannya fungsi sastra pada dasarnya berlangsung
sepanjang hayat. Melalui penyelidikannya terhadap sejarah estetika dan
poetika, ia berkesimpulan bahwa puisi atau karya sastra itu ”menyenangkan” dan “berguna” (dulce et utile). Didalam naskah
sastra Jawa, karya sastra yang berupa suluk sangat kurang ditanggapi dengan
baik oleh para masyarakat pada umumnya. Hal tersebut dikarenakan dari segi
sifatnya yang terdiri dari dua dimensi ruang yang berbeda, antara sastra Islam dan sastra Jawa. Suluk menurut pengertiannya adalah
mengkosongkan diri dari segala sifat yang buruk yang kemudian diganti dengan
sifat yang baik. Sedangkan kata suluk dan sulukan itu sendiri berasal dari
bahasa Arab yang berarti “suatu perjalanan” atau yang sering dikenal dengan
perjalanan menuju Illahi.
Yang terbagi menjadi empat tahap yaitu: syariat, tarikat, hakekat dan makrifat.
Yang harus ditempuh oleh manusia agar sampai kepada Tuhan.
Sedangkan suluk yang terkenal diantaranya adalah Suluk
Resi Driya, Suluk Sukarsa, Suluk Wujil sertaSuluk
Malang Sumirang. Yang semua suluk tersebut terbentuk tembang macapat
yang memiliki aturan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
BAB
II
Landasan
Teori
1. Pengertian Puisi
·
Tarigan (1984: 4)
mengatakan bahwa kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poeisis” yang berarti
penciptaan. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poetry yang berarti puisi, poet
berarti penyair, poem berarti syair, sajak. Arti yang semacam ini lama kelamaan
dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra yang kata-katanya
disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan
kata-kata kiasan.” Dapat dikatakan puisi adalah pengucapan dengan perasaan, sedangkan
prosa pengucapan dengan pikiran.
·
John Dreyden
menghubungkan puisi dengan musik.
·
Samuel Johnson
mengatakan bahwa puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan penuh
daya; dia bercikal bakal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian.
·
Matthew Arnold
memberikan definisi bahwa puisi merupakan bentuk organisasi tertinggi dari
kegiatan intelektual manusia.
·
Bradley mengatakan puisi
adalah semangat. Dia bukan pembantu kita, tetapi pemimpin kita.
·
Ralph Waldo Emerson mengatakan
bahwa puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa, sesuatu untuk
menggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dan alasan yang menyebabkan
ada. Pendapat-pendapat lain dari para sastrawan dunia tentang puisi adalah
sebagai berikut:
·
William Wordsworth, puisi
adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, dia
memperoleh rasanya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam
kedamaian.
·
Percy Bysche Shelly,
puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan
dari pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan.
·
Watts Dunton, puisi
adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia
secara emosional dan berirama.
·
Lascelles Abercramble,
puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta
berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang
diutarakan dengan bahasa, yang mempergunakan setiap rencana yang matang dan
bermanfaat
Dengan demikian, pada
hakikatnya puisi merupakan gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan,
gambaran semua materi dan bagian-bagian yang menjadi komponennya dan merupakan
suatu kesatuan yang indah (Abrams, 1981: 68).
2. Bahasa Puisi
Puisi sebagai salah satu
bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai pemaparnya dan memiliki kekhasan
tersendiri. Bahasa adalah sistem tanda yang bersifat arbitrer. Oleh karena itu,
di samping sebagai struktur, puisi
dapat pula dipandang sebagai tanda (sign). Sebagai sebuah tanda puisi mempunyai
dua watak, yaitu otonom dan komunikatif. Di dalam watak otonomnya puisi terikat
oleh kode sastra, yaitu puisi harus berbobot kesusastraan (literariness). Dalam
watak komunikatifnya, puisi terikat pada kode bahasa dan kode budaya. Yaitu
penyair menyampaikan gagasan tertentu kepada pembacanya berdasarkan budaya yang
melekat pada pribadi penyair maupun pembacanya (Teew, 1983 : 22;Amir, 1988: 4).
Bahasanya bersifat
konotatif. Oleh sebab itu, puisi sulit ditafsirkan secara tepat tanpa memahami
konteks yang dihadirkan dalam puisi. Puisi diciptakan penyair dalam perasaan,
pemikiran dan citarasa yang khas sehingga bersifat khas pula.
Bahasa yang digunakan
penyair bersifat khusus. Penyair mungkin menggunakan bahasa sehari-hari yang diberi makna baru, tetapi lebih banyak penyair menggunakan bahasa sehari-hari
(Wellek dan Warren, 1956: 23). Dalam puisi ada struktur puisi. Struktur puisi
terdiri atas diksi, bahasa kias, pencritaan, persajakan. Sedangkan struktur
batin yaitu tema, nada, suasana, amanat.
3. Pengertian Suluk dalam agama Islam
Suluk secara
harfiah berarti menempuh (jalan). Dalam
hubungannya dengan agama Islam dan sufisme, suluk berarti menempuh
jalan (spiritual) untuk menuju kejalan Allah. Menempuh jalan
suluk (bersuluk) mencakup empat tahap yang harus ditempuh oleh manusia
yaitu syariat, tarikat, hakekat
dan makrifat. Yang masing-masing tahap tersebut harus dilaksanakan secara
beurutan.
4. Pengkajian Puisi
Dalam menganalisis
karya satra yang berupa suluk, perlu adanya teknik interpretasi
yang baik agar penafsirannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengarang.
Apalagi suluk pada umumnya berupa cakepan tembang macapat yang cara membacanya pun berbeda-beda sesuai dengan macamnya. Hal itu
menambah rasa yang tersediri bagi orang yang membacanya dan agar kata-kata
mutiara yang akan disampaikan oleh pengarang dapat tersampaikan dengan baik.
Interpretasi tersebut perlu dilakukan dalam upaya untuk menangkap isi suatu
suluk secara menyeluruh.
Maka dari itu iterpretasi merupakan salah satu
teknik yang sering digunakan dalam menganalisis sebuah suluk. Serta alangkah
baiknya jika dalam mengkaji sebuah suluk hendaknya dibaca dengan aturan yang
sesuai dengan tembang macapat yang menjadi dasar bentuk suluk tersebut.
BAB III
Pembacaan Teks Secara Tersurat
Suluk Luwang
A. ASMARADANA
1.
Luwange wong doyan
guling
Tan suririh tur sungkanan
Sarta adoh daulate
Luwange wong doyan mangan
Tetiga badhenira
Alinyok beler angeplok
Ping tiga gagas karyeng karya
2.
Wateke wong kurang
guling
Sinung padang manahira
Lamun sih alinggih dhewe
Apa sedyanira gampang
Sing wong margi pangan
Lawan amargi turu
Sinung peteng manahira
3.
Sing sapa ngirang-irangi
Cegah dhahar lawan nendra
Lami-lami pinanggih
Sinung sandhang sinung pangan
Tur sinung panggawean
Nutuk daulate muput
Sinung padhang galihira
Inggih Sunan Kalijaga
Maulana tapa neng toya Gegisik
Sendhen kajeng galingga
4.
Larnenipun apan tigang
sasi
Manuk Iber angungkuli pejah
Neng pulo Upih enggone
Pranu baitu mancung
Welah ecip ngadeg pribadi
Wruh Mekah yen Jumungah
Derajate luhung
Kajeng gtaiinggang punika
Wonten tuwuh rempyah rempyah apan dadi
Gih masalah utama.
5.
Pinten banggi winales
Hyang widhi
Wong nglarani badan tigang wulan
Sanggar medal rejekine
Nadyan wong nandur jagung
Tigang wulan yen tuwuk dhangir
Asthi kena tinedha
Lamun wong puniku
Pan dhangire lawan tapa
Lan narima lan tan owah adhep neki
Marang kang murbeng jagad
B. Dhandhanggula
1.
Kang tinilat wong apul
netepi
Nabi Mustapa kendel
wateknya
Tanpa yun olah sastrane
Mung salate den gunggung
Nora epot siang Ian
ratri
Tan kena kawang woran
Nenggih nabi rasul
Semune wus ngraga suksma
Sengga manuk wus awor
kurunganeki
Ya badan iya nyawa
2.
Nenggih mangkana Susunan
Giri
Denya tapa wau tigang
wulan
Nulya mios jelajate
Jinurung ing Hyang Agung
Sasebdane puniku dadi
Kang sela dadi liman
Padhang galihipun
Anulya tapa ngaluang
Laminipun kawandasa dina
singgih
Siang dalu ngaiuang.
3.
Angker awingita susunan
Giri
Pan linuwih Ratu
Waliyollah
Rat Jawa pan kedhep
kabeh
Gantya ingkang Winuwus
Kang She Maulana
Makgripi
Sampun ngangkah Sudarma
Sampun manjing guru
4.
Sang saya tuwa pinanggih
Begja daulate kathah
Pan wus janji ning Hyang
Manon
Ing duka amanggih suka
Sangking adile Hyang
Agung
Siji winales sadasa
5. Sadina ngirang-irangi
Winales sadasa dina
Kamukten dening Hyang
Manon
Lawan sinung panggawean
Sing sapa watekira
Sarta lan imanipun (k.99)
Hyang Suksma amanggih
suka
Arti Dari Suluk Luwang
A. ASMARADANA
1.
Celakanya orang yang
sering suka bermalas-malasan
Yang penakut sekaligus
pemalu
Serta jauh kekuasaanya
Celakanya orang
yang suka makan
Yaitu ada tiga bedanya
Diinjak dan ditepuk
Tiga kali baru bekerja
Maksud yang tersirat
dari teks tersebut adalah celakalah di belakang pastinya. Apabila orang yang suka
bermalas-malasan atau sering tidur, yang penakut sekaligus pemalu serta jauh
dari kekuasaan yang ada ditangannya. Dan celakanya orang yang suka makan-makan
atau yang menghambur-hamburkan uang. Meliputi tiga hal yang membedakannya dari
orang yang pemalas yaitu; sering diinjak-injak dan diperingatkan. Dan setelah
diperingatkan tiga kali barulah ia sadar dan bekerja kembali.
2.
Sungguh kasihan duduk
sendiri
Sifatnya orang yang suka
guling
Sungguh terang hatinya
Apa semuanya mudah
Sebab orang yang makan
Dan juga sebab tidur
Sungguh gelap hatinya
Maksud dari bacaan tersebut adalah betapa kasihan orang yang suka
bermalas-malasan yang selalu menyendiri yang selalu menganggap persoalan dengan
sebelah mata dan meremehkannya. Padahal sesunggunya orang yang malas-malasan
dan yang sering berfoya-foya sudah buta hatinya.
3. Barang siapa yang mempersungguh
Mencegah makan dan minum
Lama-lama akan menemukan
Mendapat sandang dan
pangan
Dan juga pekerjaan
Daulatnya berlanjut
sampai selesai
Hatinya menjadi terang
Ya sunan kalijagalah
Maulana yang bertapa di
air gegisik
Bersandar kanjeng
galingga
Maksud dari tembang tersebut adalah barang siapa yang
bersungguh-sungguh untuk prihatin, maka lama-lama orang tersebut pasti akan
menemukan sandang dan penghasilan yang layak dan tenang hatinya serta
kekuasaanya akan terus berlanjut sampai selesai seperti Sunan Kalijaga dan Syeh Maulana.
4.
Hampir tiga bulan
lamanya
Burung terbang
mendahului mati
Di pulau upih tempatnya
Hidungnya mancung
Telah mengetahui
berdirinya pribadi
Tahu makah setiap jum'at
Derajatnya tinggi
Ada rempyah-rempyah mau
jadi
Itu masalah utama
Maksud dari seratan tersebut adalah menceritakan tentang perjalanan
seseorang menuju jalan Illahi dengan berangkat haji ke Ka’bah.
5.
Berapa malam hyang widi
membalas
Orang menyakiti badan
tiga bulan
Supaya keluar rejekinya
Sekalipun orang menanam
jagung
Tiga bulan kalau mau
mengolah
Baru boleh dimakan
Adapun orang itu
Kalau mau mengolah
dengan bertapa
Dan menerima serta tidak
berubah hadapnya
Terhadap yang membuat
jagad
Maksud dari bacaan
diatas adalah Tuhan telah membalas apa yang telah diupayakan oleh hambanya
selama tiga bulan ia telah berprihatin agar rejekinya keluar yang diibaratkan bagai
orang yang menanam jagung. Apabila dirawat dengan baik maka akan menghasilkan
hasil yang baik pula.
B. DANDANGGULA
1.
Yang terlambat orang
akan menetapi
Nabi mustapa diam
sifatnya
Tanpa membicarakan
ucapan sastranya
Hanya sholatnya yang
dipersungguh
Tidak hanya slang dan
malam
Tidak boleh ditinggalkan
Seperti itulah nabi Rosul
Bayanganya sudah masuk ke sukma
Burungnya sudah ada di sangkar
Ya badan ya nyawa.
Maksudnya barang siapa
yang sudah kembali kepada Tuhan maka amal yang dibawa hanyalah sholat yang
telah dijalankanya siang dan malam. Seperti yang telah diajarkan oleh nabinya
yang sudah merasuk kedalam sukmanya. Sehingga sudah tidak bisa keluar lagi.
2.
Seperti itulah sunan
Giri
Bertapanya selama tiga
bulan
Kemudian tahu maksudnya
Bersujud dihadapan Hyang
Agung
Sabdanya tersebut jadi
Yang diantaranya menjadi
lima
Terang hatinya
Kemudian bertapa kembali
Lamanya empat puluh hari
Siang dan malam.
Seperti itulah sosok Sunan Giri yang bertapa selama tiga bulan
yang kemudin baru mengetahui makna dari bersujud dihadapan Sang Pencipta yang
kemudian diringkas menjadi lima yang kemudian diubah menjadi empat puluh hari
berpuasa siang dan malam.
3. Sunan Giri amat menakutkan
Melebihi ratu Waliyullah
Seluruh jawa berkedip
semua
Berganti yang
sudah-sudah
Kanjeng Syeh Maulana
memaghribkan
Sudah melangkah waktunya
Sudah masuk waktunya
guru.
Maksudnya Sunan Giri yang ditunjuk menggantikan Syeh Maulana
memang sangat disegani oleh masyarakat Jawa yang dijadikan pedoman bagi kaumnya.
4.
Semakin tua ketemu
Beruntung daulatnya
banyak
Yang sudah berjanji pada
Hyang Manon
Dalam duka maupun suka
Sebab adilnya Hyang
Agung
Satu dibalas sepuluh.
Maksunya semakin tua umurnya dan kekuasaanya maka ia selalu
berjanji kepada sang pencipta agar dalam suka maupun duka selalu mengapdi
kepada rakyatnya.
5. Sehari dikerjakan
Dibalas sepuluh hari
Dijanji oleh Hyang Manon
Dengan sungguh bekerja
Barang siapa yang
berhati balk
Dan juga beriman
Hyang Suksma akan senang.
Bahwa sanya Sang Pemimpin diberi
janji oleh Sang Pencipta untuk sungguh-sungguh dalam menjalankan titahNya yang dilandasi dengan iman maka niscaya Sang Pencipta juga akan
senang kepadaNya.
BAB V
Simpulan
Suluk merupakan kumpulan dari berbagai macam ajaran yang sangat
erat kaitannya dengan kehidupan manusia jaman sekarang ini. Maka atas dasar
uraian di atas baik secara tersirat maupun tersurat suluk luwang mempunyai
beberapa amanat yang sangat perlu bagi manusia jaman sekarang. Dalam suluk
luwang tersebut mengandung ajaran hidup tentang keagamaan dan perjalanan menuju
kesempurnaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun ajaran yang terkandung di dalam suluk luwang tersebut diantaranya:
1. Manusia yang hendak mencapai kesempurnaan
seharusnya juga rela bersakit-sakit dahulu dengan cara berprihatin. Prihatin
tersebut dapat berupa puasa, mengurangi tidur dan selalu berusaha untuk dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Bagi orang yang kurang mampu dengan berprihatin
maka pada suatu ketika pasti dapat menemukan kebahagiaan baik di dunia maupun
di akhirat.
3. Sedangkan bagi yang mampu hendaknya menyantuni
yang kurang mampu. Dengan tidak menyombongkan diri, serta selalu berperilaku ramah
dan taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa karena harta itu hanyalah titipan
semata.
4. Bagi orang yang jahat maka Tuhan akan membalas
dengan kejahatan pula, sedangkan bagi orang yang baik maka Tuhan juga akan
membalas dengan kebaikan pula. Maka dari itu orang yang jahat hendaknya segera bertaubat.
5. Pagi para penguasa hendaknya selalu menjunjung
tinggi rakyatnya dan tidak pernak korupsi karena rakyat adalah manusia yang
menjadi jantung tubuhnya itu sendiri.
6. Yang terakhir segala sesuatu yang harus dicapai
hendaknya dilandasi dengan perjuangan yang ulet dan atas rasa sabar yang begitu
dalam. Karena dengan itulah maka yang akan dicita-citakan dapat tercapai dengan
maksimal.
Daftar pustaka
Djojosuroto,
Kinayati.2006.Pengajaran Puisi,
Analisis, dan Pemahaman.Bandung:Nuansa.
E. Palmer, Ricard.2003.Hermeneutika
Baru Mengenai Interpretasi.Yogyakarta:Pustaka B5r.
http://id.wikipedia.org/wiki/semiotika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar