Menganalisis Kesalahan Berbahasa pada Novel “Sekar Angslup ing Wayah Surup” Karangan
Ruri Lutfia Ambarwati
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa
Dosen Pengampu: Esti Sudi
Utami
Oleh:
Bangkit Samodra Aji
2601409060
Rombel 1
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Dengan bahasa, komunikasi akan berjalan dengan lancar. Bahasa
terdiri dari dua ragam yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan merupakan
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, sedangkan ragam tulis
merupakan rekaman visual dalam bentuk-bentuk huruf dan tanda baca dari bahasa
lisan. Penguasaan terhadap bahasa lisan dan bahasa tulis sama pentingnya.
Salah satu contoh bentuk bahasa tulis adalah novel. Novel
merupakan salah satu karya sastra dalam bentuk tulis yang tercipta melalui
proses kreatif. Proses kreatifitas sangat penting, tidak hanya bagi pengarang
melainkan bagi pembaca. Dalam membuat novel seseorang tentunya harus menaati
kaidah atau aturan-atutan tertentu agar tidak terjadi kesalahan dalam
penulisanya. Hal ini sering disebut dengan kesalahan berbahasa. Kesalahan
tersebut meliputi kesalahan dalam hal ejaan, diksi, morfologi, dan struktur
kalimat. Kesalahan terjadi karena gaya bahasa penulis, kesalahan dalam hal
pengetikan ataupun ketidakpahaman penulis tentang kaidah penulisan yang benar.
Baik buruknya suatu tulisan tidak hanya ditandai
dengan kualitas isi bacaan, tetapi juga ditentukan oleh benar atau tidaknya
tulisan tersebut. Kesalahan yang terdapat dalam tulisan dapat menyebabkan
sulitnya pembaca memahami maksud yang akan disampaikan oleh penulis. Berdasarkan
hal tersebut, seorang penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah dalam
penulisan.
Penelitian mengenai kesalahan berbahasa sangat
menarik untuk dilakukan, karena dengan adanya penelitian tersebut dapat
diketahui variasi atau jenis kesalahan apa saja yang terdapat di dalam sesuatu
yang sedang dikaji tersebut. Peneliti memilih novel “Sekar Angslup ing Wayah Surup” karangan Ruri Lutfia Ambarwati
dikarenakan novel tersebut menarik untuk dibaca, dan peneliti ingin mengetahui
kesalahan apa saja yang terdapat di dalam novel tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
sajakah kesalahan berbahasa yang terdapat di dalam novel “Sekar Angslup ing Wayah Surup” karangan
Ruri Lutfia Ambarwati?
2. Bagaimanakah
perbaikan kesalahan berbahasa yang terdapat dalam novel “Sekar Angslup ing Wayah Surup” karangan
Ruri Lutfia Ambarwati?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
kesalahan apa saja yang terdapat dalam novel “Sekar Angslup ing Wayah Surup” karangan Ruri Lutfia Ambarwati dan
untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat di dalam novel tersebut.
1.4 Manfaat
Penelitian tentang analisis kesalahan berbahasa pada
novel “Sekar Angslup ing Wayah Surup” karangan
Ruri Lutfia Ambarwati ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan
teoretis. Secara praktis penelitian ini memberikan masukan bagi pembaca tentang
penggunaan bahasa yang benar sehingga kesalahan berbahasa dapat
diminimalkan. Secara teoretis penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang bahasa yang benar dan
penerapanya dalam bentuk tulisan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang
mengatasi masalah ketidakbakuan bahasa.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Pada bagian ini penulis menguraikan teori-teori yang
akan digunakan dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah kesalahan berbahasa, jenis kesalahan berbahasa, dan analisis
kesalahan berbahasa.
2.1 Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa merupakan hal yang mungkin
terjadi pada praktik berbahasa. Tarigan dan Lilis (1996) menyebutkan bahwa
kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis
yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kesalahan berbahasa merupakan
penggunaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang baik secara lisan maupun
tulisan. Bentuk kesalahan berbahasa akan mudah ditemukan jika bahasa itu
diwujudkan dalam bentuk tulisan. Hal ini dikarenakan melalui tulisan suatu
kesalahan dapat diketahui wujud dan bentuknya.
2.2 Jenis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa sering terjadi pada sapek
kebahasaan (fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana). Nurgiyantoro
(1988:176) menyebutkan bahwa jenis kesalahan berbahasa menyangkut aspek lafal
(bahasa lisan), atau ejaan (bahasa tulis), struktur (kalimat dan morfologi),
dan leksikon. Kesalahan
berbahasa juga dapat dipilah-pilah berdasarkan tataran linguistik. Tataran
tersebur diantaranya tataran fonetik, morfologi, sintaksis,(frasa, klausa,
kalimat), dan wacana (Tarigan, 1996:48)
2.2.1 Kesalahan Berbahasa pada Diksi
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia diksi adalah
pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaanya) untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Kesalahan berbahasa pada diksi merupakan
kesalahan yang sering terjadi, baik dalam tuturan langsung maaupun tertulis.
Hal ini dapat dilihat pada penggunaan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia secara
bersamaan dalam suatu kalimat. Tarigan (1996:22) menyebutkan bahwa kontak
bahasa yang terjadi dalam diri dwibahasawan menyebabkan saling pengaruh abtara
B1 dan B2.
Dalam bahasa Jawa, dikenal adanya unggah-ungguh basa, atau penggunaan kata
sesuai dengan tingkatanya. Unggah-ungguh
dalam bahasa Jawa dibedakan menjadi dua bentuk yaitu ragam ngoko dan ragam krama. Kesalahan
dalam unggah-ungguh basa dapat menyebabkan kesalahan diksi.
2.2.2 Kesalahan Berbahasa pada Ejaan
Bentuk kesalahan berbahasa lain yang sering terjadi
adalah kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan berkaitan dengan bentuk penulisan kata
dan tanda baca. Kesalahan ejaan dapat menyebabkan terjadinya salah pemahaman
pada makna suatu kata atau kalimat. Salah satu wujud kesalahan berbahasa pada
pemakaian ejaan dapat dilihat pada kalimat
berikut:
Mau sore aku
weruh Bangkit samodra mangan ing warunge bu Mali.
Kesalahan
ejaaan menjadikan kalimat tersebut tidak baku. Ketidakbakuan ditunjukkan pada
penulisan nama dan kata sapaan. Dalam pedoman
penulisan bahasa Jawa yang disempurnakan huruf pertama unsur-unsur nama orang
dan kata sapaan ditulis menggunakan
huruf kapital. Bentuk baku kalimat tersebut adalah Mau
sore aku weruh Bangkit Samodra mangan ing warunge Bu Mali.
Kaidah penulisan ejaan bahasa Jawa yang benar diatur
dalam “Pedoman Umum Penulisan Ejaan
Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan”, yang diterbitkan oleh Kanisius
tahun 2006 dan berlaku hingga sekarang. Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan
yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya. Kaidah
penulisan ejaan yang disempurnakan meliputi enam aspek. Keenam aspek tersebut
adalah:
·
Pemakaian dan penulisan
huruf
·
Pemenggalan kata
·
Pemakaian huruf
capital, huruf tebal dan huruf miring
·
Penulisan tanda baca
·
Penulisan unsur
serapan.
2.2.3 Kesalahan Berbahasa pada Tataran Fonologi
Fonologi
merupakan ilmu yang menyelidiki dan merumuskan secara teratur dan sistematis
tentang hal dan ikhwal bunyi bahasa beserta seluk-beluknya (Widodo. 2008:1).
Kesalahan dalam tataran fonologi sering terjadi baik itu karena perubahan
pengucapan fonem, penghilangan fonem, dan salah penjedaan dalam kelompok kata
dan kalimat. Sebagai contoh:
pada seharusnya padha ‘sama’
mundut seharusnya mundhut ‘beli’
liyo seharusnya liya ‘lain’
2.2.4 Kesalahan Berbahasa pada Tataran Morfologi
Kesalahan berbahasa pada bidang morfologi sebagian
besar berkaitan dengan bahasa tulis. Kesalahan dalam tataran morfologi dapat
diklasifikasikan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau
kata majemuk (Tarigan, 1996:132). Berikut beberapa contoh kesalahan berbahasa
pada tataran morfologi:
ditukokne seharusnya ditukokake
mlayuwa seharusnya mlayua
dipun kirangi seharusnya dipunkirangi
2.2.5 Kesalahan Berbahasa pada Tataran Frasa
Kesalahan berbahasa pada tataran frasa sering
terjadi baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Kesalahan ini terjadi dikarenakan oleh
pengaruh bahasa ibu, salah susunan, berlebihan atau mubazir, penggunaan kata
depan yang tidak tepat, dan salah susunan (Tarigan, 1996:198). Berikut contoh
kesalahan berbahasa dalam tataran frasa: frasa telat teka seharusnya menjadi teka
telat, bengi mau seharusnya menjadi
mau bengi, warung Bu Mali seharusnya menjadi warunge Bu Mali.
2.2.6
Kesalahan Berbahasa pada Tataran Klausa
Kesalahan berbahasa pada tataran klausa sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan berbahasa pada tataran klausa
disebabkan karena pengaruh bahasa ibu, penambahan preposisi, penambahan kata
kerja, perubahan kata kerja aktif menjadi pasif, penghilangan kata, dan
kerancuan. Berikut ini contoh kesalahan berbahasa pada tataran klausa:
dipunjewer kancanipun seharusnya dipunjewer dening kancanipun
percaya
janjimu seharusnya
percaya
marang janjimu
2.2.7 Kesalahan Berbahasa pada Tataran Kalimat
Kemampuan bahasa tulis yang baik tidak hanya diukur
dari ketepatan diksi dan ejaan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah
penerapan struktur sesuai dengan kaidahnya. Struktur yang dimaksud adalah
struktur kalimat. Pada umumnya kalimat bahasa Jawa terpengaruh oleh struktur
kalimat dalam bahasa Indonesia. Kalimat akan menjadi baik dan efektif jika
struktur dalam kalimat tersebut benar. Dengan demikian akan tercipta kalimat
yang baku. Berikut contoh kesalahan pada tataran kalimat:
Aku
sidane ora sida lunga. seharusnya Aku ora sida lunga.
Saben
dina Minggu, desaku dianakane gugur gunung. seharusnya
Saben
dina Minggu, desaku nganakake gugur gunung.
2.2.8 Kesalahan Berbahasa pada Tataran Wacana
Wacana merupakan tataran terbesar
dan tertinggi dalam hierarki bahasa (Tarigan, 1996:362). Wacana dikatakan
terlengkap karena wacana mencakup tataran dibawahnya, yakni fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf.
Dalam kenyataanya kita sering menemukan paragraf yang tidak memiliki kesatuan
yang utuh. Kalimat-kalimat pembentuk paragraf tersebut tidak merangkai sehingga
tidak memperlihatkan kesatuan dan kepaduan.
2.3 Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa merupakan pengkajian
tentang segala aspek seluk beluk kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan
menunjuk pada kegiatan menganalisis kesalahan berbahasa, menemukan,
mengidentifikasi, mendeskripsikan, menghitung frekuensi, dan menemukan sumber
kesalahan, Nurgiyantoro (1988:175).
Menurut Tarigan (1996) menyatakan bahwa ada lima
langkah kerja analisis kesalahan berbahasa. Langkah tersebut adalah (1)
mengumpulkan sampel kesalahan, (2) mengidentifikasi kesalahan, (3) menjelaskan
kesalahan, (4) mengklasifikasi kesalahan, dan (5) mengevaluasi kesalahan.
Berdasarkan langkah kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti
atau guru bahasa yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan,
mengidentifikasi kesalahan yang terdapat di dalam sampel, menjelaskan kesalahan
tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan
kesalahan itu.
BAB II
PEMBAHASAN
KESALAHAN BERBAHASA
PADA NOVEL “SEKAR ANGSLUP ING WAYAH SURUP” KARANGAN RURI LUTFIA AMBARWATI
Pada bab ini dipaparkan mengenai kesalahan-kesalahan
berbahasa apa saja yang terdapat dalam novel “Sekar Angslup ing Wayah Surup” karangan Ruri Lutfia Ambarwati. Kesalahan
berbahasa yang terdapat dalam novel tersebut meliputi kesalahan berbahasa pada
tataran ejaan, diksi, fonologi, morfologi, klausa, dan kalimat.
4.1 Kesalahan pada Ejaan
4.1.1 Kesalahan pada Penulisan Huruf Kapital
a) Gusti ingkang akarya
jagad hal.
2
Penulisan
penggalan kalimat diatas belum benar, seharusnya Gusti Ingkang Akarya Jagad karena merujuk pada nama Tuhan.
b) Sekar Angslup ing wayah Surup hal.
2
Penulisan
judul tersebut belum benar, seharusnya setiap awal kata menggunakan huruf
kapital dan ditulis secara miring, menjadi
Sekar Angslup ing Wayah Surup karena merupakan judul dari sebuah karangan.
c)
Mutiara
putrane pak Sumardi lan ibu Partini kang nomer loro. hal. 9
Terdapat
kesalahan berbahasa pada tataran ejaan yaitu huruf (p) pada kata pak dan huruf (i) pada kata ibu seharusnya menggunakan huruf kapital
karena merupakan kata sapaan.
Pembetulannya
menjadi: Mutiara putrane Pak Sumardi lan
Ibu Partini kang nomer loro.
d)
Dina
rebo iki Tiara ana kuliyah menulis kreatif ing …. . hal. 12
Terdapat
kesalahan ejaan pada kata rebo,
seharusnya huruf (r) pada kata tersebut menggunakan huruf kapital karena merupakan nama hari.
Pembetulan
menjadi: Dina Rebo iki Tiara ana kuliyah
menulis kreatif ing ….
e) Adicara wisuda
universitas mulai tabuh 08.00 wib. hal.
73
Terdapat
kesalahan pada penulisan singkatan wib seharusnya menggunakan huruf kapital semua yaitu WIB.
4.1.2 Pemakaian huruf miring
a) Sekar
Angslup ing wayah Surup. hal.
2
Penulisan
judul tersebut seharusnya ditulis menggunakan huruf miring karena merupakan
sebuah kutipan judul, sehingga menjadi Sekar
Angslup ing Wayah Surup.
4.1.3 Penulisan kata
a) Ngayogjakarta hal. 13
Penulisan
kata tersebut salah, seharusnya Ngayogyakarta.
b)
Isisne
hal. 28
Penulisan
kata tersebut salah, seharusnya isine.
4.1.4 Penulisan Tanda Baca
a)
Eseme
marang sapa wae lan tumindake kang sopan njalari dheweke dikenal ora mung kanca
sak angkatan wae. nanging kakak kelas uga adhik kelas … .
hal.10
Terdapat
kesalahan penggunaan tanda baca yaitu tanda titik (.) yang seharusnya tanda
koma (,) menjadi
Eseme marang sapa wae
lan tumindake kang sopan, njalari dheweke dikenal ora mung kanca sak angkatan
wae, nanging kakak kelas uga adhik kelas … .
b)
“Apa
sliramu tresna marang aku Ren…???” hal.
41
Penulisan
kalimat tersebut salah dalam penggunaan tanda titik yang berlebihan, seharusnya
“Apa sliramu tresna
marang aku Ren?”
Kesalahan
yang sama juga terdapat dalam kalimat
Kang ora kena mbok
lalekake tresnaku namung kanggo sliramu sak
lawase uripku. hal.
42
penulisan
kalimat tersebut terdapat kesalahan yaitu pada kata saklawase, seharusnya karena tidak cukup ditulis semua menggunakan
tanda hubung menjadi sak-
lawase.
c) Wiwit cilik budhe, ibuk
lan sedulur liyane wus diwarahi mandiri lan sregep nyambut gawe dening mbah
kakung lan mbah putri.
Terdapat kesalahan pada penulisan tanda koma (,)
seharusnya kalimat tersebut
Wiwit cilik, budhe,
ibuk, lan sedulur liyane wis diwarahi mandiri lan sregep nyambut gawe dening
mbah kakung lan mbah putri.
4.1.5 Penulisan Unsur Serapan
a)
Ora
mung dokter, tabib lan pengobatan alternative wus dijajal kabeh.
hal.108
Penulisan
kalimat tersebut terdapat kesalahan pada penggunaan kata serapan yaitu kata alternative seharusnya alternatif.
4.2 Kesalahan pada Diksi
Kesalahan pada
tataran diksi banyak terdapat dalam novel “Sekar
Angslup ing Wayah Surup” ini, diantaranya:
1. Kesalahan
dalam penggunaan ragam bahasa
a) Sejatosipun sedanten
ingkang dumadi ing donya sarta isinipun …
.
hal
2
Terdapat kesalahan pada tataran diksi pada
kalimat tersebut yaitu kata sedanten,
seharusnya sedaya karena kalimat
tersebut menggunakan ragam krama.
b)
Dheweke
pasrah ngenani apa kang bakal ditampa, amarga pacen rumangsa lepat.
hal. 19
Terdapat
kesalahan berbahasa pada tataran diksi yaitu pada kata lepat, seharusnya kata tresebut diganti dengan kata luput karena kalimat tersebut
menggunakan ragam ngoko.
c) Nomer tilpun kang nate
diaturake Tiara minangka salah satunggale bab patepangan, dieling-eling tenanan
dening dheweke. hal 38
Kalimat
tersebut salah dalam pemilihan diksi yaitu pada kata nate, diaturake, satunggale, patepangan, dan dening.
Seharusnya
kata-kata tersebut diganti sehingga kalimat tersebut menjadi:
Dheweke ngeling-eling
tenanan nomer tilpun kang nate diwenehake marang Tiara
nalika patepungan.
d) Kanthi raos kang
keweden diwanek-wanekake banjur Tiara mandeng bocah lanang ing sangarepe kuwi
mau. hal.
21
Pada
kalimat ini terdapat kesalahan berbahasa yaitu pada kata raos, seharusnya kata tresebut diganti dengan kata rasa karena kalimat tersebut
menggunakan ragam ngoko.
2. Kesalahan
dalam pemilihan kata yang sesuai.
a) Mas Bagas saiki makarya
ana sawijining Bank
Swasta ing kutha Sala. hal.13
Terdapat
kesalahan dalam pemilihan kata yaitu kata ana
seharusnya ing, Bank Swasta seharusnya bank
swsta karena itu bukan sebuah nama. Sehingga
kalimat itu menjadi
Mas Bagas saiki makarya
ing sawijining bank
swasta ing kutha Sala.
b) Rendra ora gelem dadi
beban kanggo panguripane Tiara. hal. 46
Kalimat
tersebut masih salah seharusnya kata panguripane
diganti uripe, sehingga kalimat
tersebut menjadi
Rendra ora gelem dadi
beban kanggo uripe Tiara.
c) Ana ing Temanggung ora
akeh kang bisa ditindaki dening Tiara. hal.
86
Terdapat
kesalahan pemilihan kata yaitu kata ditindaki
seharusnya dilakoni, sehingga
kalimat tersebut menjadi
Ana ing Temanggung ora
akeh kang bisa dilakoni dening Tiara.
4.3 Kesalahan pada Tataran Fonologi
a) Dumadakan kaya krungu
bledeg ing wayah awan. hal.
19
Pada
kalimat tersebut terdapat kesalahan pada tataran fonologi yaitu pada kata bledeg, seharusnya bledheg.
b) Kaya krungu gludug ing
wayah awan. hal.
45
Kata
gludug pada kalimat tersebut salah,
seharusnya gludhug.
c) … saben dina Fajar
dodolan piranthi kang dinggo wong-wong maca… hal.
58
Terdapat
kesalahan pada tataran fonologi yaitu pada kata piranthi, seharusnya piranti.
d) Menawa rama lan ibune ora kliru pancen jodo
kanggo Tiara iku Adhit.
hal.101
pada
kalimat tersebut terdapat kesalahan pada tataran fonologi yaitu pada kata jodo, seharusnya jodho.
e) Maturnuwun kagem
sokongan semangad nalika panulis wonten ing Unnes punika. hal.
4
Terdapat
kesalahan yaitu pada kata semangad seharusnya semangat.
f) “Opo lungamu iki arep balapan maneh Ren?” hal.
41
Terdapat
kesalahan dalam kalimat tersebut yaitu pada penulisan kata opo seharusnya apa.
4.4 Kesalahan pada Tataran Morfologi
a)
Tugas
apa wae bisa duklumpukake tanpa molor
wektu.
Pada kalimat tersebut tersapat kesalahan yaitu pada
pembentukan kata duklumpukake,
seharusnya diklumpukake, kata
molor seharusnya ngulur, sehingga
kalimat tersebut menjadi:
Tugas apa wae
bisa diklumpukake tanpa ngulur wektu.
b) .... anggone
makarya dadi Arsitek ing salah sak wijining CV
. hal 19
Terdapat
kesalahan morfologis dalam kalimat tersebut yaitu kata sak wijining yang seharusnya sawijining.
Jadi kalimat tersebut
menjadi:
.... anggone
makarya dadi Arsitek ing salah sawijining CV
.
c) Sesenengane Rendra ora
bisa diselaki maneh. hal.40
Kata
sesenengane pada kalimat tersebut
salah, seharusnya diganti dengan kata
kasenengane, sehingga kalimat tersebut menjadi
Kasenengane Reza ora
bisa diselaki maneh.
d)
Kari
siji ukuman kang kudu tinindaki, yaiku nyuwun tapak asma panitia. hal.
23
Kalimat
tersebut menjadi rancu karena kesalahan dalam pembentukan kata yaitu kata tinindaki dan kata asma, seharusnya kata-kata tersebut diganti sehingga kalimat
tersebut menjadi
Kari siji ukuman kang
kudu dilakoni, yaiku nyuwun tapak asmane panitia.
e) Dheweke tumuju marang
Bulik Har kang lagi nuru-nuru Vigar.
hal.66
Kalimat
tersebut menjadi rancu karena kesalahan pada pembentukan kata ulang yaitu kata nuru-nuru. Seharusnya kata tersebut
diganti sehingga kalimat tersebut menjadi
Dheweke tumuju marang
Bulik Har kang lagi nurokake Vigar.
4.5 Kesalahan pada Tataran Frasa
a) Tiara ngadeg ndlejer
dhewe ana ing panggonan kang nalika mau kanggo nglumpukake mahasiswa anyar kang
telat teka. hal..
22
Pada
kalimat tersebut terdapat kesalahan pada tataran frasa yaitu telat teka, seharusnya teka telat.
b)
Dene kangmase arane mas Prayitna 27 tahun. Hal. 9
Pada
kalimat tersebut terdapat kesalahan pada tataran frasa yaitu kangmase arane, seharusnya arane kangmase. Jadi pembetulannya
Dene arane
kangmase yaiku mas Prayitna 27 tahun.
4.6 Kesalahan pada Tataran Klausa
a)
Dumadakan
trenyuh atine Tiara ngrungu kabar Rendra kapeksa nginep ing rumah sakit amarga
tiba saka pit motor. hal.43
Pada
kalimat tersebut juga terdapat kesalahan pada tataran klausa yaitu trenyuh atine Tiara, seharusnya atine Tiara trenyuh.
b)
Tambah
lara atine Tiara krungu wangsulane Bulik Har kang kaya mangkana mau. hal. 67
Pada
kalimat tersebut juga terdapat kesalahan tataran klausa yaitu tambah lara atine Tiara, seharusnya atine Tiara tambah lara.
c)
Ngarepake
jam 08.30 WIB loro karone wus tekan penggonan kang dianggo kanggo tes. hal.
93
Terdapat
kesalahan pada klausa panggonan kang
dianggo kanggo tes,klausa tersebut seharusnya panggonan kang dinggo tes.
4.7 Kesalahan pada Tataran Kalimat
a) Rayi ingkang tansah
dados panglipur raos kesel lan mangkel, Dina lan ugi Rani mboten kesupen
panulis aturaken gunging panuwun. hal. 3
Struktur
kalimat tersebut belum tepat, seharusnya diganti menjadi:
Boten kesupen penulis
ngaturaken gunging panuwun dhumateng Dina lan Rani, rayi ingkang tansah dados
panglipur raos kesel lan mangkel.
b) “Ora Ra…aku kepingin kekancan wae…sanajan abot, ananging aku uga wis
nglilakake wong lanang liya menawa arep cedhak marang sliramu.”
hal.
45
Struktur kalimat tersebut kurang
tepat, seharusnya diganti menjadi:
“Ora
Ra, aku kepingin kekancan wae, sanajan abot, aku lila yen ana wong lanang liya
arep nyedhaki sliramu.”
c)
Budhe
Har wis kaya-kaya kang ngganteni ibune nalika lagi ana ing Semarang.
hal. 12
Struktur kalimat tersebut belum tepat, seharusnya
diganti menjadi:
Budhe Har wis kaya ibune dhewe nalika
ing Semarang.
d)
Jam
krasa rendhet banget lakune. hal.43
Struktur kalimat tersebut belum tepat, seharusnya
diganti menjadi:
Lakune jam krasa rendhet banget.
4.8 Kesalahan pada Tataran Wacana
a) Kaya-kaya wus diatur
dening gusti. Sekolahan kang dianggo kanggo mulang Tiara sak iki ora pati adoh
saka omahe adhit. Tiara uga golek kos-kosan kang sedhak karo omahe adhit. Kareben bisa luwih cedhak menawa arep njaluk
tulung marang marang kancane siji iki. hal. 98
Dalam
kalimat-kalimat tersebut, masih terdapat kesalahan dalam tataran wacana,
sehingga kalimat-kalimat tersebut menjadi kurang efektif. Sebaiknya diganti
menjadi:
Kaya-kaya wis diatur dening Gusti, sekolahan
kang dingggo mulang Tiara ora pati adoh saka omahe Adhit. Tiara banjur golek
kos-kosan kang cedhak omahe Adhit supaya gampang menawa arep njaluk tulung.
b)
Amarga
kulawargane wus padha mangerteni, kamangka gelem ora gelem Tiara kudu rutin mertamba
mrana-mrene. Ora mung dokter, tabib lan pengobatan alternatif wis dijajal
kabeh. Senajan Tiara kang ngrasasakake lara wus parah dening gusti, ananging
kulawargane uga Adhit ora bakal nyerah nganti semana.
hal. 108
Dalam kalimat-kalimat tersebut, masih terdapat
kesalahan dalam tataran wacana, sehingga kalimat-kalimat tersebut susah
dipahami, sebaiknya diganti menjadi:
Adhit
lan kulawargane
Tiara
wis
padha ngerti menawa larane Tiara wis parah, nanging kabeh ora padha pasrah.
Gelem ora gelem, Tiara kudu mertamba mrana-mrene. Dokter, tabib lan
pengobatan alternatif uga wis dijajal kabeh.
c)
Ing sawijining dina,
nalika Rendra ngeterake bali Tiara saka sekolahan. Rendra nyuwun pangestu
marang Tiara manawa arep melu balapan.
Pada kalimat tersebut terdapat kesalahan pada
penggunaan tanda titik (.). Seharusnya tanda titik tersebut diganti dengan
tanda koma (,) karena kalimat tersebut merupakan kalimat majenuk, sehingga kalimat
tersebut menjadi
Ing sawijining
dina, nalika Rendra ngeterake Tiara bali saka sekolahan, Rendra nyuwun pangestu
manawa arep melu balapan.
atau
Nalika ngeterake
Tiara bali saka sekolahan, Rendra nyuwun pangestu manawa arep melu balapan.
BAB II
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pada novel “Sekar Angslup ing Wayah Surup” karangan
Ruri Lutfia Ambarwati terdapat beberapa bentuk kesalahan berbahasa. Jenis
kesalahan berbahasa yang ada terdiri atas kesalahan dalam tataran ejaan, diksi,
dan struktur. Kesalahan ejaan terjadi dalam penulisan huruf kapital, pemakaian
huruf miring, penulisan tanda baca, penulisan kata, dan penulisan kata serapan.
Kesalahan diksi terjadi dalam penggunaan ragam bahasa dan pemilihan kata yang
sesuai. Pada kesalahan struktur, terjadi dalam tataran fonologi, morfologi,
frasa, klausa, dan kalimat. Kesalahan
yang paling dominan dalam novel ini adalah kesalahan pada tataran fonologi dan
kesalahan diksi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran
yang dapat diberikan adalah bagi pemakai bahasa, khususnya para penulis,
sebaiknya lebih memperhatikan kaidah penulisan bahasa yang baik dan benar.
Penulisan yang tidak benar akan menyebabkan rusaknya kalimat dan perubahan
maksud dari para pembaca. Dalam pergaulan sehari-hari hendaknya dibiasakan
menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar agar bahasa Jawa tidak menjadi
rusak karena terpengaruh oleh bahasa-bahasa lain seperti bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Bahasa Yogyakarta.2006.Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan.Yogyakarta:Kanisius.
Departemen Pendidikan Nasional.2000.Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga.Jakarta:Balai Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan.1988.Penilaian dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastra.Yogyakarta:BPFE.
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih.1996.Analisis Kesalahan Berbahasa.Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta.2001.Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa).Yogyakarta:Kanisius.
Widodo.2008.Suplemen
Kuliah Fonologi.Universitas Negeri Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar